"TOLONG! TOLONG!"
"SIAPA PUN TOLONG! AKU TAKUT!"
"KAK ADEL! KAK ADEL TOLONG BUKAIN PINTUNYA! KAK!"
"Kyra.. Kyra.. Kyra bangun!"
"KAKAK!" teriak Kyra membuat neneknya terkejut. Ia melihat sekelilingnya sampai akhirnya pandangannya terjatuh pada jendela yang di buka mengizinkan sinar matahari masuk menyinari kamar Kyra. Ia pun sadar bahwa sekarang sudah pagi. Semalam ia kesulitan untuk tidur karena petir yang tidak ada habis-habisnya berdatangan, sepertinya ia ketiduran pada akhirnya.
"Kamu nggak apa-apa, Ra? Wajah kamu sampai pucat begitu, kamu sakit?" tanya Flora yang khawatir melihat cucunya bangun dalam keadaan berantakan. Wajah yang pucat di hiasi keringat dan air mata yang membekas, rambut yang acak-acakan, bantal dan selimut yang berserakan di sekelilingnya. Wajar saja kalau Flora khawatir setelah melihat Kyra.
"Aku nggak apa-apa, Nek. Ini sudah jam berapa, Nek?"
"Jam setengah tujuh."
"APA?? Oh tidak aku bisa telat!" Kyra langsung beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi, ia bergegas bersiap-siap untuk sekolah yang dimulai setengah jam lagi. Setelah memakai seragamnya ia mengambil ponsel dan tasnya, lalu ia berlari keluar rumah setelah berpamitan dengan kakek neneknya. Sembari sesekali melihat waktu di ponselnya, Kyra berlari seperti sedang melakukan maraton.
"PAK! TUNGGU PAK! JANGAN TUTUP GERBANGNYA!"
"Siapa suruh telat?"
"Aduh pak, saya tadi bangunnya kesiangan, maafin ya pak? Sekali ini aja, serius deh," bujuk Kyra sembari memohon pada Pak Aldo yang merupakan guru piket hari ini.
"Nah ini juga satu telat lagi." Kyra sontak menengok ke sampingnya melihat orang yang di maksud Pak Aldo. Melihat sosok orang tersebut membuat Kyra ingin kabur.
"Kalian berdua. Rapihkan gudang berkas sekolah setelah pulang. Tidak ada penolakan, jadikan ini sebagai pelajaran biar kalian gak telat lagi. Sana masuk kelas!" Pak Aldo akhirnya membukakan gerbang untuk kedua murid yang telat, Kyra memasuki gerbang sekolah sembari menggerutu. Namun, ada perasaan mengganjal yang Kyra rasakan.
"Kok perasaan gue gak enak, ya?" bisik Kyra pada dirinya sendiri sambil membuka tasnya, ia mengecek semua barangnya dan benar tidak ada yang tertinggal.
"Tas gue mana?" Deg.
Kyra melirik ke sang pemilik suara, ia meneguk salivanya sendiri, bahkan menelan salivanya sendiri saja menjadi sulit seketika.
"Hehe... Anu..." Hanya ada satu solusi yang terpikirkan oleh Kyra, yaitu kabur.
"WOI KYRA!!"
──── ♡ ────
"Aduh, gimana, nih? Kenapa gue pake segala kelupaan tas Kak Arsen, sih," batin Kyra sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.