Not Love, I Cheated

Sri Wintala Achmad
Chapter #3

Chapter 3

Sore itu, hujan turun senampak jarum-jarum kaca yang menancap di atap seng rumah kontrakan Zura. Di ruang tengah, lampu neon yang sebentar redup berkelip sebelum menyala penuh. Aroma sayur asem yang baru matang menguar dari dapur.

Kusra baru saja pulang kerja. T-shirtnya basah di bagian bahu, rambutnya berantakan, dan wajahnya tampak letih. Ia menaruh tas yang sudah agak lusuh di kursi. Duduk di meja makan tanpa sepatah kata.

Zura memandang Kusra dari dapur. Ada rindu yang seharusnya bisa menyapa, namun terselubung oleh tumpukan rasa jengkel yang tak pernah usai. Ia mengangkat panci. Menuangkan sayur asem ke mangkuk. Berkata datar. “Makan, Yah! Mumpung selagi hangat.”

Kusra mengangguk dingin. Menyantap nasi sayur asem. “Duh! Garamnya kebanyakan.”

Mendengar komentar Kusra, telinga Zura serasa ditampar. “Kalau nggak doyan, nggak usah dimakan.”

“Aku cuma bilang rasanya asin. Nggak perlu marah!”

“Marah? Aku nggak marah. Aku cuma capek aja. Capek….” suara Zura bergetar. Bukan karena sedih, melainkan lebih menahan amarah yang lama mengendap.

Hujan di luar yang semakin deras semakin mempertebal ketegangan suasana di dalam rumah kontrakan itu.

Kusra meletakkan sendoknya. “Capek? Aku juga capek. Tiap hari kerja, pulang nggak pernah santai. Selalu ada yang kurang di matamu.”

Zura menatap Kusra dengan mata burung hantu. “Kerja? Kerja apa? Gajimu nggak cukup buat membeayai anak-anak sekolah. Uang belanja juga sering kurang. Aku harus nombokin dengan gajiku. Mengapa aku yang harus menjadi tulang punggung?”

Perkataan Zura serasa anak panah yang menancap di dada Kusra. Lelaki itu terdiam sesaat. Bangkit dari kursi. “Aku tahu. Aku nggak sehebat yang kamu mau. Tapi dari awal kita nikah, kamu sudah tahu siapa aku. Aku nggak pernah menjanjikan rumah tangga kita berlimpah kekayaan.”

Lihat selengkapnya