[Not] Perfect Prince

Athena Venus
Chapter #2

CHAPTER 2 | PANGERAN SEMPURNA SAKIT

"Erga.. sampai rumah nanti, kita latihan boxing ya. Udah lama kita gak olahraga bareng" ujar papa Erga saat Erga kembali dari kamar mandi.

Erga tidak takut dengan keringat, karena dia telah meriset diberbagai sumber kesehatan bahwa keringat yang dihasilkan oleh tubuh kita sendiri itu memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Kecuali bersentuhan dengan orang yang berkeringat, Erga sangat membenci itu. "Iya pa" balas Erga seperti biasa.

"Sudah selesai makan kan semua? Yuk kita pulang" ajak papa Erga yang membuat mama tiri serta Erga mengikuti papanya yang berjalan lebih dulu didepan.

Sesampainya dirumah, Erga langsung mandi seperti biasa. Lalu ia memakai jaket merah, agar sarung tangan tinju nanti tidak menyentuh langsung kulitnya, ia juga memakai celana training panjang berwarna abu-abu, dan sepatu hitam. Erga mengambil sarung tangan tinju yang dia simpan di lemarinya, tentu saja sarung tangan ini hanya dia yang boleh pakai oleh karena itu dia pisah sarung tangan tinjunya dengan sarung tangan tinju lain yang ada dirumah ini.

Ia berjalan menuju halaman samping rumahnya, disana biasanya dia dan papanya berlatih boxing. Erga melihat papanya yang sudah siap diposisinya, papa Erga yang menyadari keberadaan anaknya langsung menyuruh Erga cepat mendekat. "Ayo cepetan pake sarung tangannya.. papa udah lama nih gak adu boxing sama kamu"

Erga tersenyum tipis melihat begitu antusias papanya. Erga tidak membenci papanya, ya walupun dia sedikit kecewa karena papanya yang terlalu sibuk dengan kerjaannya dan menduakan mama tirinya dengan mama kandungnya. Tapi cobalah berpikir logis, tanpa papanya, dia tidak mungkin ada didunia ini bukan? Akhirnya sedikit demi sedikit Erga mulai menerima keadaannya, toh papanya menyayanginya dan mama tirinya tidak membencinya seperti yang ada di sinetron-sinetron. Hanya saja mama tirinya tidak terlalu peduli dengannya, dia hanya anak yang numpang nama menjadi anak kandung mama tirinya di kartu keluarga. Tidak ada orang luar yang tau bahwa Erga bukan anak kandung mama tirinya, bahkan keluarga besar mama tirinya juga tidak tau hal ini, hanya keluarga besar papanya yang mengetahuinya.

Saat di tengah latihan tiba-tiba sekertaris pribadi papa Erga datang, "Maaf mengganggu pak Agung, ada telfon dari kantor kejaksaan" ujar pak Romli, sekertaris pribadi papa Erga. "Iya" papa Erga melepas sarung tangan tinjunya, lalu mengambil ponsel yang dibawa pak Romli tadi kemudian menjauh untuk berbicara secara pribadi dengan lawan bicarannya di telfon.

Erga melepas sarung tangannya, lalu mengambil cairan antiseptik di saku jaketnya, saat akan menyemprotkannya di tangan, ia melihat kulitnya yang timbul kemerahan. Tak lama kemudian nafasnya menjadi sesak, 'Sial, alerginya kambuh' batin Erga, ia langsung berlari kekamarnya. Sesampainya dikamar, dia mengecek ke kotak obat, "Sial, obatnya juga abis" Erga segera mengambil kunci mobil yang ia gantung dibelakang pintu kamarnya, dan berangkat ke klinik langganannya.

Sepanjang jalan, Erga berusaha mengatur nafasnya yang terasa semakin menyekik, dia juga menahan rasa gatal dan panas yang ia rasakan diseluruh tubuhnya. "Arghh.." rintih Erga merasakan kesakitan yang selalu ia rasakan saat memakan makanan laut itu.

~•~•~•~

Alya meletakkan gitarnya di stand gitar yang berada di belakangnya, lalu ia turun dari panggung menyusul teman-temannya yang terlebih dulu turun tadi. Mereka baru saja menyelesaikan penampilan mereka di kafe Dream Night malam ini, tak lama setelah mereka duduk di tempat yang di sediakan khusus oleh pemilik kafe untuk anggota D'Victors istirahat.

D'Victors adalah nama band dari Alya. Beranggotakan 5 orang yang terdiri dari Alya vokalis utama perempuan dan gitaris, Kevin gitaris utama, Randy vokalis utama laki-laki dan basis, Jane keyboard/pianis, dan Tio drummer.

Mereka berlima sudah berteman sejak SMP, karena rumah mereka yang berdekatan membuat mereka sering bertemu ditambah lagi kesukaan mereka sama. Yaitu suka bermain musik. Jadilah terbentuk D'Victors saat mereka memasuki jenjang SMA.

Saat SMA mereka mulai tampil dari lomba tujuh belas agustusan, sampai tampil di kafe-kafe. Tapi kafe Dream Night lah yang menjadi tempat manggung tetap mereka. Selain karena suasana kafe yang mendukung genre musik mereka, pemilik kafe Dream Night ini adalah senior mereka saat SMA. Oleh karena itu mereka lebih nyaman tampil menetap di kafe ini.

Bersahabat sejak SMP, SMA, bahkan kuliah juga bareng membuat mereka mengetahui kelakuan baik-buruk masing-masing. Mereka memang berkuliah ditempat yang sama tetapi berbeda jurusan. Alya dan Kevin mengambil jurusan musik, Jane mengambil jurusan biologi murni, Randy mengambil jurusan desain interior, dan Tio mengambil jurusan management. Walaupun beda jurusan, mereka berlima lebih sering hang out bareng daripada bersama teman sejurusannya.

"Seperti biasa, penampilan kalian keren" puji seseorang yang tiba-tiba duduk diantara mereka berlima, "Bisa aja bang Glen mujinya, kalo makin keren ada bonusnya dong" balas Tio yang disahuti kekehan dari anggota D'Victors yang lain, "Gampang itu mah, tunggu aja awal bulan nanti" Glen mengedipkan sebelah matanya ke Jane lalu pergi meninggalkan mereka karena dipanggil oleh salah satu karyawannya, Jane tersipu malu. Memang sudah mau sebulan ini Glen mendekati Jane.

"Buset dah muka lo merah amat Jane, kayak kepiting rebus lo. Baru juga dikedipin bang Glen muka langsung merah, apalagi di lamar bang Glen, meledak kali tuh muka" ledek Alya membuat yang lain tertawa, kecuali Jane tentunya. "Ngakak" ujar Randy, Tio, dan Kevin disela-sela tawa mereka.

"Berisik!" Jane melempar beberapa biji kentang goreng dihadapannya ke arah Alya, Randy, Kevin, dan Tio. Saat sedang tertawa tiba-tiba ponsel Alya bergetar di sakunya, Alya segera mengambil ponselnya.

Incoming Call

Bunda Rika

Answer | Decline

Sebelum menjawab telfonnya, Alya melihat jamnya terlebih dahulu. Ketika melihat jam menunjukkan pukul 10.01 malam, kedua matanya melotot sempurna. "Woi.. kenapa gak bilang sih kalo udah jam 10?! Mati gue! Jam malem gue sampe setengah sepuluh doang!" Ujar Alya kesal sekaligus panik, "Diem lo semua, gue mau jawab telfonnya bunda dulu!" Ancam Alya yang membuat semua teman-temannya menutup mulutnya rapat-rapat.

Alya menekan tombol hijau untuk menjawab telfon, lalu mengarahkan ponselnya ke telinganya.

Lihat selengkapnya