Erga menghentikan mobilnya saat lampu lalu lintas menunjukkan warna merah, sembari menunggu lampu berubah warna hijau, Erga melihat suasana jalanan yang terlihat ramai karena sekarang hari kerja, hingga pandangan matanya terjatuh pada pengendara yang baru saja berhenti disebelah mobilnya.
Erga tampak tertarik dengan perempuan yang membawa tas gitar di punggungnya itu, dilihat style pakaian tidak seperti perempuan-perempuan yang biasa mendekatinya di kampus. Perempuan itu memakai kemeja biru kancing terbuka semua dengan kaos putih dan celana bahan hitam serta gelang-gelang berwarna hitam dengan bandul bergambar bintang. Sungguh menarik perhatiannya.
"Cewek yang gak mau ribet" guman Erga mengeluarkan pendapatnya mengenai cara berpakaian perempuan tadi.
Tak lama kemudian lampu lalu lintas berubah menjadi hijau, pengendara lain segera menjalakan kendaraannya sebelum lampu kembali menjadi merah. Erga menjalankan mobilnya dibelakang pengendara motor yang menarik perhatiannya itu, "Anak UNDA juga dia?" Guman Erga saat melihat perempuan itu melajukan motornya kearah kampusnya juga.
Erga tetap dibelakang pengendara motor itu sampai masuk ke area parkiran yang akhirnya memisahkan mereka. Namun, setelah selesai memarkirkan mobilnya pun pandangan Erga tetap kearah perempuan itu. "Dia cewek yang nolongin gue kemaren kan? Ternyata anak UNDA. Pantesan mukanya gak asing, eh tapi kayaknya gue pernah liat dia sebelum masuk sini deh, dimana ya?" Ujar Erga bertanya-tanya.
Setelah perempuan itu hilang dari pandangannya karena pergi dari parkiran menuju kloridor, baru Erga turun dari mobilnya.
Baru juga menginjakkan kaki di kloridor, sudah banyak sepasang mata yang melihat kearahnya dengan penuh minat. Risih. Itulah yang Erga rasakan saat mereka menatapnya seperti itu setiap harinya.
Erga memasang wajah datarnya seperti biasa. Walaupun Erga menampilkan ekspresi datar seperti ini saja sudah banyak penggemarnya, apalagi kalo dia tersenyum manis. Membayangkan semakin banyak orang yang menyukainya dan mendekatinya membuat Erga bergidik ngeri. Menjalani kehidupan seperti ini saja sudah membuatnya kerepotan, apalagi meladeni orang-orang yang menyukainya.
"Woi ga, udah sembuh lo?" sapa laki-laki berkacamata bernama Rifki Prasetya Putra, ketua tim basket di unit kegiatan mahasiswa kampus ini. Mungkin hanya Rifki yang sabar menghadapi sifat dingin dari seorang Erga. Rifki juga sangat menghargai privacy Erga, dia tau bahwa Erga tidak menyukai kontak fisik, jadi dia tidak melakukan kontak fisik dengan Erga.
Darimana Rifki tau? Selama ini Rifki memperhatikan ekspresi Erga yang terlihat tidak nyaman saat ada orang yang menyentuhnya, bahkan pernah badan Erga bergetar begitu hebat saat banyak orang merangkulnya untuk merayakan keberhasilan tim mereka menang melawan tim dari kampus lain.
Bukannya menjauhi Erga karena aneh seperti yang dilakukan teman-temannya dulu saat mengetahui keanehan Erga, Rifki justru terus mendekatinya dengan mengajaknya berbicara tanpa kontak fisik tentunya. Mereka satu fakultas dan satu jurusan sehingga mereka sering bertemu. Erga juga mulai menerima kehadiran Rifki, namun dia tetap tidak memberitahu penyakitnya. Dia berusaha bertingkah layaknya orang-orang normal lainnya.
"Udah" balas Erga tentang pertanyaan Rifki tadi, "Nanti sore ada latihan basket, tapi kalo lo belum ngerasa baikan, lo izin aja gapapa" pesan Rifki, "Ntar gue dateng" ujar Erga membuat Rifki mengangguk paham.
Tiba-tiba Erga menghentikan langkahnya, dia melihat kearah taman FRSD. Di sana ada perempuan tadi sedang menyeting gitarnya di salah satu tempat duduk yang disediakan. Rifki mengikuti arah pandang Erga, "Lo ngeliatin Alya?" Tanya Rifki penasaran,
"Alya?"
"Iya si Alya, anak jurusan musik. Dulu gue sekelompok sama dia pas PKKMB, dia juga vokalis sekaligus gitaris di bandnya. Nama bandnya D'Victors. Sering manggung di kafe Dream Night. Tapi denger-denger dia udah pacar, namanya Kevin, gitaris di D'Victors juga, trus mereka berdua satu jurusan lagi. Tuh baru juga diceritain, cowoknya udah dateng" jelas Rifki panjang lebar.
Di sana memang Kevin datang menghampiri Alya, mereka berdua bercanda bersama sembari membenarkan suara gitar Alya. Erga mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari Alya, sebenarnya dia tidak peduli juga sih kalo Alya sudah punya pacar. Dia hanya penasaran, kenapa wajah Alya tampak tidak asing di ingatannya.
Berita mengenai sembuhnya perfect prince dan berita mengenai keikutsertaan Erga dalam latihan basket sore ini sudah menyebar ke seluruh penjuru kampus, akibatnya stadion lapangan basket penuh dengan mayoritas mahasiswi yang ingin melihat Erga latihan. Bahkan ada yang membawa spanduk bergambarkan wajah Erga serta kata-kata semangat untuk Erga. Padahal mereka hanya latihan. Bukan tanding melawan tim lain.
"Gila rame amat nih tempat.. kemaren pas lo sakit, kaga ada yang nonton kita latihan" ujar salah satu anggota Basket ke Erga yang baru datang dengan Rifki.
Melihat Erga yang memasuki lapangan, sontak suara jeritan seluruh mahasiswi memenuhi stadion ini. Bunyi tangkapan kamera beserta flashnya juga ikut memeriahkan stadion sore ini. Erga melihat sekeliling tempat duduk stadion yang terisi penuh itu, menyadari bahwa Erga sedang melihat kearah mereka, jeritan mahasiswi semakin mengencang.
"Yok lah pemanasan dulu" ajak Rifki sembari berlari ke tengah lapangan, anggota yang lain mengikuti Rifki dari belakang, termasuk Erga. Masuknya Erga ke lapangan disambut sorakan semangat dari penggemarnya.
Jika anggota yang lain memakai kaos oblong dan celana pendek layaknya seragam basket pada umumnya. Erga malah memakai kaos lengan panjang sebagai dalaman dari kaos oblongnya, dan celana training panjang selama latihan. Jika tanding dengan tim lain, Erga tetap memakai kaos lengan panjang sebagai dalaman kaos seragam basketnya, tapi dia memakai celana pendek seperti yang lain.