Not Perfect

Butiran Rinso
Chapter #3

#3 Bullying

  Di sepanjang koridor yang dilewati oleh Alex CS, begitu ramai dengan suara-suara para bucin yang menggema. Banyak anak cewek yang histeris dan menjerit-jerit, ketika Alex dan teman-temannya lewat.

"Kak Alex aku padamu."

"Kak Levin i love you."

"Kak Leon lucu banget ciiiihhh kaya bayi cinga."

"Kak Alex ganteng banget cowok idaman."

"Calon suami masa kini."

"Kak Alex, ke KUA yok!!!" Please mereka ini mau ngapain ke KUA?Balikin peci penghulu?

 Banyak cewek yang terus menyerukan namanya, bahkan setiap siswa yang dilewati akan dengan sukarela memberikan jalan pada mereka.

  "Permisi."

  "Permisi." Via terus mengucapkan kata itu setiap melewati kerumunan, tangannya sudah pegal sekali karena membawa tumpukan buku yang begitu banyak.

 "Aaaaaaaa ...!" pekik Via, saat merasakan tubuhnya melayang. Membuatnya tersungkur dan menimpa seseorang di bawahnya.

  Jangan tanyakan nasib buku-buku yang dibawanya, sudah pasti berhamburan di lantai.

Hening!

Semua anak terkejut, mereka semua melongo. Para cewek menutup mulut tak percaya dengan pemandangan yang ada di depannya.

 Tubuh Via terjatuh di atas tubuh Alex, bahkan bibirnya tepat menempel di pipi cowok itu.

  Via yang menyadari hal itu pun langsung menjauhkan wajahnya dari pipi Alex. Mata Via membulat ketika mata mereka saling bertemu.

Alex!

Kini Via merutuki kecerobohannya, hingga membuat dirinya terjatuh di atas tubuh Alex pula!

"Maaf, " ucap Via, dia memutus kontak mata lalu mencoba untuk bangkit. Sedangkan Alex hanya diam menatap Via tanpa ekspresi.

  Ketika Via mencoba untuk bangun, justru kakinya terpeleset dan gadis itu kembali jatuh di atas dada bidang Alex.

Ya Tuhan tolong Via, please. Rasanya Via ingin menangis saat itu juga, seandainya dia punya jurus menghilang seperti Naruto.

  Semua anak perempuan histeris melihat kejadian itu. Namun tiba-tiba saja tubuh Via dihempas, membuatnya terkejut sampai Via terjungkal ke belakang dan sekarang semua anak malah menertawakannya.

  "Lo, cari mati ya?!" bentak perempuan yang menghempasnya dan ternyata itu Monik.

Sementara Alex sudah berdiri. Cowok itu menatap Via datar tanpa sepatah kata apa pun, apalagi berinisiatif membantu.

  "Udah Lex gak usah ladenin si cupu ini lama-lama dia ngelunjak!" gerutu Monik.

Monik menggandeng lengan Alex lalu pergi, meninggalkan Via yang masih di bawah mengambil buku-buku yang bertebaran. Anak-anak hanya menjadi penonton, sebagian malah menyoraki bukannya membantu.

  Hari ini aku apes banget si!

Tuhan kenapa nasibku seperti ini. Teriak Via dalam benaknya.

  "Sini biar gue aja yang bawa," ucap seseorang yang sudah merebut buku-bukunya dari tangan Via.

  "Gak usah, aku bisa bawa sendiri kok," balas Via, dia menahan buku-bukunya.

  "Lo XI IPA 1 kan?" Via mengangguk, entah bagaimana cowok itu bisa tahu. Atau mungkin dia hanya asal menebak saja.

 "Kita sekelas, jadi biar gue aja yang bawa." Cowok itu bersikeras untuk membawa buku-bukunya.

  Akhirnya Via menurut saja, memberikan buku-buku itu padanya. Lalu mengikuti langkah orang itu menuju kelas.

***

 Kantin cukup ramai, beruntung Via dan kedua temannya kebagian tempat duduk.

  "Vi, kok lo bisa bareng sama Levin si?" tanya Moza memulai pergibahan, sejak tadi ia sudah memendam rasa ingin tahunya.

  "Oh, tadi dia bantuin aku bawa buku paket," jawab Via sambil mengaduk-ngaduk makanannya.

  "Emang ya si onta kurang ajar banget, malah lemparin tanggung jawab ke orang lain," gerutu Moza. Kesal sendiri.

  "Gak enak Vi? Kok malah dimainin." Danil sedari tadi memperhatikan Via. Gadis itu tampak tak berselera makan.

  "Gak kok, lagi males aja," kata Via.

Moza pun melirik ke arah Via, gadis itu tertunduk menatap lesu makanannya.

Lihat selengkapnya