Aku tak menyangka, semua akan terjadi padaku saat ini. Entah apa yang harus aku putuskan, aku tak ingin dia benci tapi aku tak menginginkannya lebih dari ini.
Waktu kerjaku untuk hari ini sudah habis. Aku membuka seragam kerjaku dan menggantungkannya di tempat semula. Aslan masuk dan membuka seragam kerjanya. Tak ada percakapan diantara kami.
"Aku duluan ya." Ucapku pada Aslan yang masih membereskan barangnya.
Aku pamit pada pemilik toko lalu pulang.
"Raneysha!" Panggil seseorang dari dalam mobil yang terparkir di depan toko.
Aku menengok ke arah sumber suara, dan ternyata yang memanggilku adalah Devan.
"Devan, kok disini? " Tanyaku menghampirinya.
"Habis beli camilan, mau pulang? "
"Iya"
"Mau aku anter? Spesial buat Maba, gratis. Yuk! " Candanya lalu turun dari dalam mobil dan berdiri di hadapanku.
"Gausah, gak mau ngerepotin. "
"Nggak sama sekali. Yuk! " Devan menarik tanganku lembut dan mengajakku masuk ke dalam mobilnya.
Disisi lain, Devan berhenti tepat di balik pintu toko yang terbuat dari kaca. Tampaknya dia memperhatikanku dengan Devan sedari tadi.
"Fighting Lan, pasti ada jalan. " Ibu pemilik toko menepuk pundak Aslan yang masih mematung di balik pintu.
Aslan Pamit lalu pulang setelah Aku dan Devan menghilang dari penglihatannya.
Saat ini, aku merasa canggung dengan Devan yang sedang menyetir di sampingku.
"kamu kerja disana Ca? " Tanya Devan.
"Iya, tapi mau resain kok sebentar lagi. "
"Kenapa? "
"Mau fokus Kuliah aja."
"Bagus kalo gitu. " Ucapnya pelan sekali.
"Kenapa Dev? "
"Mm, nggak apa-apa kok. Kamu kayaknya akrab banget sama parter kerja kamu yang cowok itu. Siapa namanya? Aku lupa. "
"Aslan. Iya, dia temen aku. "
"Mmm temen apa temen? " Godanya.
"Iya temen, dan gak akan lebih. "