Hari ini aku dan ketiga temanku izin untuk tidak masuk bekerja, hari ini pula aku dan ketiga temanku melaksanakan tes akhir masuk di Kampus Tabra Utama.
Kami datang bersama, bersiap dengan rapi memakai pakaian formal.
Aku dan ketiga temanku berada di ruang yang sama dan kami diawas oleh kakak tingkat disana yang salah satunya adalah Devan.
Selagi kami mengisi lembar jawaban sesuai aturan yang telah dibacakan diawal, Devan dan rekannya berkeliling dari bangku ke bangku. Ada beberapa dari kami yang langsung diseret keluar karena ketahuan memakai ponsel, membuka buku sampai mencontek dari temannya atau bahkan bekerja sama dari bangku ke bangku.
Aku dan ketiga temanku beserta rekan yang menyelesaikan lembar jawaban sesuai aturan, selesai tepat pada waktunya. Lega rasanya bisa melewati suasana tegang selama ber jam-jam.
Semua lembar jawaban kami sudah tertumpuk di depan dan dijaga ketat oleh pengawas. Tiba-tiba, Brukkkk. Aku tak kuasa menahan tubuhku, keringat dingin bercucuran di dahiku,ujung jari jemariku mendingin, pandanganku sedikit demi sedikit mulai kabur dan akhirnya menggelap.
#POV AUTHOR
Raneysha tak sadarkan diri, Devan yang memperhatikannya sedari tadi dengan sigap menahan tubuh Raneysha agar tidak jatuh dan menyentuh lantai. Kini, Raneysha ada di pangkuan Devan.
"Harap tenang semuanya dan diam di tempat masing-nasing!" Pinta salah satu pengawas, sedangkan Devan membawa Raneysha ke Unit Kesehatan Mahasiswa.
Dibaringkannya Raneysha diatas ranjang lalu bergegas membawa kompresan. Devan sangat cemas sehingga tak melepaskan genggaman tangannya dengan Raneysha.
"Ca, pliss bangun Ca. Jangan buat aku khawatir." Gumamnya sambil menggenggam erat.
Disisi lain, para peserta tes sudah diperbolehkan untuk keluar ruangan. Brisha, Bryan dan Aslan segera menuju tempat dimana Raneysha berada.
"Ca!" Panggil Brisha yang tak mengetuk pinti dan tiba-tiba masuk tanpa permisi.
Terlihat jelas oleh mereka, Brisha masih memejamkan matanya dan Devan sepertinya sedang tidak baik-baik saja.
Raut wajah Devan terlihat sangat cemas dan pipinya memiliki jejak air mata.
Devan yang terkejut dengan kedatangan mereka, segera menyeka air matanya walau tak benar-benar hilang.
"Kalian. Raneysha belum siuman." Devan berdiri dari duduknya.
"Astaga Ca, baru kemarin pingsan. Sekarang pingsan lagi! Emang keras kepala ya kamu Ca. Apa aku bilang, jangan maksain kalo gak kuat. Kalo sakit bilang!" Omel Brisha sambil menahan tangisnya melihat Raneysha terbaring.
"Kemarin?" Ucap Aslan pelan.
"Iya, kemarin dia pingsan. Untung ada Kak Devan lewat, jadi ditolongin sama kak Devan." Ucap Brisha.
"Kok gak bilang kita sih Brish?" Protes Bryan.