Nothing but King

Anakbarunulis
Chapter #7

Pemantik Seribu Tahun Perdamaian.

Dikisahkan bahwa Sang Grandmaster menunggu selama beberapa ratus tahun hingga sekarang. Setelah sekian ribu gelombang terhempas karena gagal, Tiba-tiba muncul ombak pasang yang sangat tinggi. Grandmaster merasakan hawa keberadaan mereka bahkan sejak sepuluh orang itu belum mendatangi Adrianzel. Perasaan kuat itu dibuktikan saat tragedi pembantaian di lantai pertama yang belum pernah ada sebelumnya. Tersisa sepuluh orang saja dari sekian ratus calon pembersih. Berdiri di puncak menara, Grandmaster tertawa terbahak-bahak dan dengan perasaan kegirangan ia berharap akan terbunuh oleh gelombang pasang tinggi yang saat ini berada dalam Adrianzel.

***

Tahun 23, Bulan Pengembaraan Naga. Satu bulan sejak Hart menghilang dari Forge District melalui gerbang milik Vell Hellstain. Forge District sedang terjebak kedalam sebuah konflik. Desas-desus mengenai perdamaian yang sebentar lagi berakhir semakin membuat suasana menegang. Walaupun aktivitas masyarakat terlihat seperti biasa, namun pikiran-pikiran negatif itu tidak akan pernah lari dari hati mereka yang terdalam. Keadaan dunia bawah tanah pun berubah signifikan, muncul berbagai organisasi dan sekte yang memanfaatkan situasi sekarang. Saat ini "Brehim Uruk" mengadakan rapat dengan pemimpin Forge District, Brunhilde. "Brehim Uruk", asosiasi pandai besi yang menjadi pondasi berdirinya Forge District, beranggotakan lima kurcaci bekas penguasa tambang daerah Utara sebelum peperangan agung..

"Bajingan Harold itu, beraninya memantik api sebelum aku. "Brehim Uruk" Jelaskan situasinya !" Brunhilde Blackforge V, Ratu Forge District, ia selalu mengenakan mantel yang terbuat dari tiga ratus bulu beruang yang ia bunuh saat berusia sepuluh tahun. Perawakan layaknya ratu kaum barbar, dengan palu raksasa yang ia gantungkan di samping singgasana sebagai senjatanya.

"Kekaisaran Utara tidak menanggapi laporan kami Yang Mulia, mereka tidak ingin mencampuri konflik ini. Tentu saja sejak kekalahan kami di pertempuran agung, kami Brehim bersaudara akan selalu bersama Anda."

"Pertempuran ini akan sulit, Setidaknya seluruh Midgard mengetahui hubungan bajingan itu dengan Suku Ainu. Umumkan kepada seluruh pemegang bendera, Dengan ini Ratu Forge District, Brunhilde Blackforge V mempersatukan kalian dalam satu panji, Bagi siapa yang menolak akan dihapuskan selamanya dari Midgard."

Kelima kurcaci meninggalkan istana dan berangkat menuju lima arah mata angin. Brunhilde memanggil seluruh ajudannya untuk mempersiapkan segala yang diperlukan dalam menghadapi serangan, mulai dari parit, mantra perlindungan, perangkap, pertahanan dinding, pos penjaga, dan pengaturan pada gerbang masuk. Di singgasana yang selalu panas dan beruap, Brunhilde selalu berpikir dengan mengandalkan rasionalitas dan ketenangannya.

"Jadi, sampai kapan kau bergelantungan di atas sana, Vell Hellstain !" Tatapan Brunhilde menunjukkan rasa kesal dengan kebiasaan Vell yang sama sekali tidak berubah.

"Aku yakin banyak keluhan yang ingin kau sampaikan, HAHAHA !!! Ekspresimu selalu mudah ditebak." Getaran yang dahsyat saat Vell Hellstain menginjak tanah membuat Brunhilde sedikit mengingat masa lalu. Kakek Buyut Brunhilde dan Vell Hellstain merupakan musuh abadi.

"Cerita turun temurun dari buyutku sepertinya terlalu dilebih-lebihkan, Getaran yang bahkan tidak membuatku bergeming. Vell Hellstain ! Sepertinya kau telah mencapai tahap lansia di dunia iblis." Brunhilde mengatakan dengan nada santai nan tenang, Vell Hellstain tersenyum.

"Aku minta maaf sebelumnya, karena kelepasan maka aku yang menanggung biaya perbaikannya." ujar Vell yang kemudian duduk di salah satu bangku istana. Brunhilde sedikit terkejut melihat dinding di belakang singgasananya dan sepuluh bangunan yang sejar dengan dinding itu mengalami kerusakan yang parah. "Iblis ini mudah sekali tersinggung." gumam Hilde.

"Vell Hellstain, Apa hubunganmu dengan salah satu putri Kekaisaran Barat ?" Brunhilde mengatakannya dengan nada dan tatapan serius.

"Tidak ada yang istimewa, aku hanya melihatnya bersama Hart Lowrealm." Vell Hellstain meneguk beberapa kendi arak. Sedikit melirik Brunhilde yang saat ini sedang tertelan amarah.

"Hart Lowrealm baru saja di Forge District katamu ? Delapan tahun sejak dia memintaku untuk memberikan izin khusus untuk memasuki kota dan sekarang menggunakannya hanya untuk mengajak seorang putri kabur dari istana ? Hellstain, dia bahkan tidak mengunjungiku ! Apa dia melupakanku ? Apa aku sudah tidak menarik lagi ? Apakah mungkin wanita barbar bukan selera Hart ? Hellstain, Hatiku layaknya kaca dengan sejuta retakan yang bisa hancur kapanpun." Brunhilde kembali menjadi dirinya saat ruang tahta tidak ada siapapun. Sementara Vell Hellstain menghela nafas kemudian mendekat dan menepuk-nepuk bahu Brunhilde.

"Sudah...sudah... cup...cuppp.. Kau harusnya ikut berbahagia karena Hart tidak lagi dirundung rasa kesepian. Kau dari dulu mengetahui dia selalu menarik perhatian orang-orang di sekitarnya, Mereka berdua sedang membersihkan Adrianzel." Vell Hellstain memperlihatkan mereka dengan mantra pelacak yang telah tertanam dalam Skoll milik Anne.

"Tak kusangka dia sudah sebesar ini, Mengakhiri pengembaraannya selama sepuluh tahun untuk membantu seorang gadis yang kini membuat kehebohan di Midgard, Ayahnya yang bodoh itu juga sama saja, masalah ini bisa diselesaikan baik-baik jika dia mau. Hellstain, aku tau kau pasti mengerti beberapa hal." Brunhilde menatap Vell Hellstain dengan tatapan kesal.

"Hilde, apa kau berpikir Harold bertindak sejauh ini hanya untuk menjemput anak perempuan berdarah setengah gauntlet ? Kau ini benar-benar seperti kakekmu. Lihatlah senjata di punggungnya." Vell Hellstain melihat ekspresi Brunhilde dipenuji perasaan terkejut.

"Busur yang konon digunakan salah satu "One Man Army", sedang menunggu pemilik yang tepat, tersegel dan dijaga garis keturunan van Lou Hawthrone, Uriel Bue. Pasti karena inilah Hellheim memilihnya." Brunhilde bersandar di singgasananya kemudian menatap langit.

"Jadi, apakah sekarang kau memiliki alasan untuk memenangkan perang ini ? Aku selalu menghargai keputusanmu." kalimat terakhir Vell Hellstain sebelum menghilang dari hadapan Brunhilde. Ratu Forge District itu kemudian hanya berdiam diri sembari berpikir.

***

"Adrianzel ! Bagaimana menurutmu tentang sepuluh pembersih ini ?" Grandmaster menyentuh sebuah kristal yang memungkinkan ia dapat berbicara dengan satu-satunya partner sehidup semati, Adrianzel, menara itu sendiri.

"Mereka menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Selain tujuh orang penjarah menara yang kini bersemayam di Hellheim, Mereka bersepuluh satu-satunya gelombang yang berhasil membersihkan menara secepat ini. Mungkin kali ini kau benar-benar akan terbunuh." ujar Adrianzel.

"Hmm... tujuh petualang yang konon pertama kali menemukan Adrianzel kemudian menjelajahi seluruh lantai menara itu, Beberapa tahun kemudian mereka mendapat gelar 'One Man Army', Apakah kau berpikir kali ini giliran mereka untuk mengubah tatanan dunia ? Halaman buram mulai mendapatkan kejelasan, Menarik." Grandmaster menyeringai.

***

Satu minggu silam, Lantai 4 Adrianzel Tower. Sebuah gua di tengah belantara yang dikelilingi oleh ratusan mayat monster kalajengking tingkat sedang dan beberapa mayat griffin. Dua bangsawan Hammer bersaudara menunggu anggota lainnya menyelesaikan misi. Nanda Hammer, sengaja menyayat mulutnya karena kesal tidak bisa mengeluarkan sihir walaupun berkali-kali membaca mantra. Kakaknya Manda Hammer, mengalami kebutaan sejak lahir, dan satu-satunya orang yang dapat menenangkan adiknya.

"Apakah kita melakukan hal yang benar Kak ? Memberikan salah satu pusaka titipan leluhur untuk dikorbankan di Valhalla ?" Nanda Hammer, keadaan mental yang tidak stabil membuat ia meragukan setiap keputusan.

"Lagi-lagi begini, bukankah tadi kau yang menyuruhku menghampirinya tadi, Aku juga meragukan keputusanmu melihat dia membuat senapanmu bobrok begitu." Manda melanjutkan menggigit roti bolu kesukaannya.

“Bagaimanapun apa yang terjadi biarlah terjadi, untuk saat ini kita harus memberikan laporan yang sepadan kepada petinggi, Jangan khawatir, kita akan melewati semua ini.” lanjutnya sembari mengelus-elus bahu adiknya.

"Siapa yang kau bilang bobrok ! Aku terluka seperti ini kenapa tidak ada yang memperhatikanku." Senapan bobrok itu seketika berubah menjadi sosok 'fairy' (peri). Tubuhnya seukuran ibu jari dan empat sayap biru lautnya yang salah satu sayapnya dilapisi perban. Ia hinggap di atas pundak Nanda Hammer. Peri kecil itu sedikit menunjukkan ekspresi kesal kemudian sedih.

“Bahkan karena kau kontak fisik dengan belati anak itu, nama Farsa Hallmarch disebutkan sebagai salah satu pembersih Adrianzel, yang lebih sedihnya tidak seorang pun curiga atau bahkan bingung karena mereka sebenarnya hanya tersisa delapan, Benarkan Sapphire Flare ?” Peri itu kemudian mengetuk-ketuk katana di pinggang Manda Hammer.

Lihat selengkapnya