Nothing but King

Anakbarunulis
Chapter #8

Fenrir

Lantai puncak Adrianzel, Grandmaster terbangun kemudian dengan raut wajah kecewa berteriak pada Adrianzel.

"Adrianzel ! Apa maksud semua ini ? Kenapa mereka diberikan jalan pintas melewati dua lantai." Grandmaster menyadari reruntuhan kuno berada di lantai tujuh. Sepertinya saat mereka bersepuluh berada dalam badai pasir, Adrianzel melakukan sihir pemindahan menuju lantai tujuh.

"Kau pikir aku tidak tahu maksudmu ? Selama ini kau membunuh pembersih yang lain saat berada di lantai 6 dimana pada dasarnya lantai 6 adalah sebuah dimensi waktu tak terbatas dan makhluk abadi "Fenrir" dikurung disana. Makhluk yang dapat membunuh hanya dengan menggunakan tekanan jiwa tidak akan kubiarkan mendekati mereka yang nanti akan membunuhmu." Adrianzel memandang Grandmaster yang sedang tersenyum.

"Jadi kini kau juga tertarik pada gelombang kali ini ya ? Kau berani bertaruh aku akan mati oleh mereka, Menarik ! Aku terima taruhanmu !" Grandmaster tertawa terbahak-bahak.

***

"Bocah, kau sama sekali tak terpengaruh oleh tekanan jiwaku, Segera bebaskan aku dan akan kuhancurkan dunia untukmu." Monster setinggi Adrianzel menunduk dan memperlihatkan mata merah yang menyala. Sementara Hart sibuk menyentuh rantai tak terbatas yang menjulur sepanjang dimensi ruang.

"Sama sekali tidak tertarik. Kalau ingin menghasut seseorang, harus mengerti dulu apa yang ia inginkan. Dunia terlalu indah untuk dihancurkan." Tanpa sadar Hart merasakan tekanan yang sangat kuat di setiap rantainya.

"Kalau begitu, setiap rantai yang kau putus akan ditukar dengan berbagai barang langka yang kudapatkan saat Ragnarok dulu." Fenrir menyeringai.

"Ragnarok ? Apa-apaan itu ? Kita coba dulu satu rantai untuk kebenarannya. Bagaimana ?" Hart mengeluarkan Baldur dari saku pinggang belakangnya. Sebuah aura kegelapan memenuhi seisi dimensi. Fenrir yang ikut merasakan kemudian menggeram dengan ganas.

"Baldr...!!!" Terjadi getaran yang dahsyat, seluruh rantai yang mengikatnya bergetar keras. Tanpa peduli akan semuanya, Hart menebasnya hingga hancur berkeping-keping kemudian kembali menyarungkan Baldur. Monster bayangan itupun kembali tenang.

"Bocah, darimana kau mendapatkan senjata dengan aroma yang sama dengan Dia ?" Fenrir menggeram mendekati Hart.

"Ceritanya panjang, Ngomong-ngomong satu rantai telah terputus." Hart menunjuk pecahan-pecahan rantai yang berceceran. Seketika Fenrir terkejut melihat rantai dengan tekanan Sang Dewa berhasil dihancurkan.

"Bocah, Aku hanya bercanda mengenai kesepakatannya, Untuk sekarang kau harus kabur ! Cepatlah !" Fenrir berteriak dengan nada panik. Hart tidak memperdulikan dan kembali menghancurkan rantai berikutnya. Saat hampir menghancurkan setengah dari jumlah yang ada, sebuah tombak meluncur dengan cepat menuju Hart. Dengan insting yang sangat tajam, ia berhasil memutar tubuhnya ke samping dan membelokkan tombak yang meluncur dengan Baldur. sehingga menancap di tanah dan terjadi ledakan yang luar biasa, Ledakan yang diiringi sebuah langkah kaki mendekat.

"Fenrir oh Fenrir, sepertinya bocah ini juga termakan umpanmu. Lalu mengapa kau mengusirnya di saat terakhir, Apa kau sudah lelah membuang nyawa tak bersalah." Seorang laki-laki dengan tinggi manusia dewasa pada umumnya, mengenakan jubah merah panjang, membawa tameng begambar singa meraung yang dilapisi emas, mengenakan helm prajurit yang terbuat dari logam, dan menarik tombak yang menancap seperti menarik seonggok rumput dari dalam tanah.

"Dia juga bisa menghindari tombak kesayanganku. Bagaimana menurutmu Fenrir ? Makanan yang lezat kan ?" kemudian prajurit bertombak melihat Hart dan tersenyum lebar.

"Sialan Tyr ! Aku selalu ingin mencabik-cabikmu setiap kau membantai manusia yang masuk kesini, Mereka hanya ingin pulang, Kau sudah berubah !" Fenrir berteriak disertai geraman yang panjang.

"Tyr, Salah satu senjata di Valhalla. Mengapa dia disini ?" Hart bergumam sendiri dan menyentuh tombak milik Tyr. Hart memastikan bahwa ini adalah tombak yang sama dengan tombak miliknya di Valhalla. Tombak itu kemudian terbang menghampiri tangan Tyr.

Dengan langkah yang dipenuhi semburan api, Tyr menghampiri Hart dan menghunuskan tombak logam yang terbuat dari emas. Memanfaatkan tenaga sarung tangan whitewolf, ia dapat membelokkan serangan tombak dengan Baldur di tangan kirinya, walaupun harus terpental mundur hingga puluhan kaki. Sekali lagi Tyr melemparkan tombak yang kali ini dialri oleh bara api bersinar terang berwarna emas. Cahaya layaknya matahari menyembar setiap kegelapan yang dilewati. Hart segera menunduk dan berguling menjauhi titik tembak Tyr. Namun ia dikejutkan dengan tombak yang sedang mengikuti kemana Hart pergi. Mencoba untuk bergerak secara abstrak namun tetap dapat diikuti. Sekilas Hart melihat Tyr sedikit menggerakkan jarinya. Setelah melompat untuk memutar balikkan tombak milik Tyr, Hart mengeluarkan Heimdallr dan memindahkan tombak itu menuju sisi belakang Tyr.

Tyr merasa terkejut melihat tombaknya tiba-tiba menghilang, Sementara Hart berlari untuk menyerang. Saat ingin melukai Hart dengan tameng, dari sisi belakang muncul sebuah tombak yang menembus lengan kanan Tyr. Hart menepis tombak itu dengan Baldur kemudian mengapit kepala Tyr dengan kedua kakinya. Saat itulah dengan tatapan dingin, Tyr mencabut tombak di lengannya dan menusuk kaki kiri Hart dan dengan kekuatan dahsyat Ia melempar Hart sehingga Hart terpental kembali.

"AYO ! BERHUBUNG LUKA YANG DIBERIKAN IMPAS, KITA SELESAIKAN DISINI !" Tyr menghentakkan tombak logam emas ke tanah dan membenturkan sisi samping dengan tamengnya.

Dengan kemampuan whitewolf, luka tusukan di kaki kiri Hart berhasil ditutup pendarahannya. Hart mengeluarkan seratus portal di sekeliling Tyr menggunakan Heimdallr. Menyadari akan hal itu, Tyr memasang kuda-kuda rendah kemudian mengarahkan tamengnya ke atas dan mengayunkan tombak emas ke samping dengan bara api yang luar biasa.

"Phalanx ! Majulah bocah, hajarlah aku semaumu !" Seketika tameng itu melebar dan menjadi lebih keras. Bara api pada tombak emas pun semakin besar.

"Heimdallr ! Seratus jalan terang ! Bersiaplah menghadapi satu juta tusukan dari Baldur." Hart memasuki mode warp dan secepat kilat menyerang tameng milik Tyr berkali-kali. Saat kecepatannya berkurang, ia menggunakan tameng sebagai tumpuan dan melompat menuju portal berikutnya.

"HYAAAAARRRGGGG !!!!! SIALAN !!!" Baldur milik Hart bertubi-tubi mendorong Tyr hingga kedua kaki pondasi dasar kuda-kuda terdorong masuk ke permukaan tanah.

"BOCAAH !!!!" Tyr dengan sekuat tenaga mempertahankan posisi kuda-kudanya. Terjadi adu pertahanan dan kelincahan. Disisi lain Fenrir melolong panjang melihat pertarungan mereka berdua.

Lihat selengkapnya