Terjadi perselisihan antara Grandmaster dan Adrianzel. Mengutak-atik tingkatan tidak begitu menyenangkan di pandangan Grandmaster.
"Kali ini kau keteraluan Adrianzel ! Memindahkan penjaga lantai sembilan ke lantai tujuh ? Kau mau membunuh mereka !" Grandmaster memandang langit-langit dengan tatapan kesal.
"Aku ingin mereka melampaui batas dan segera membunuhmu. Apa kau lihat, pemuda andalanku menghilang dari lantai 6 bersama Fenrir. Bahkan penjaga lantai Tyr telah hancur termakan belati yang mengerikan. Persiapkanlah dirimu Grandmaster, Aku benar-benar ingin membunuhmu." Adrianzel mengggunakan nada yang sangat mengerikan sebelum menghilang.
Grandmaster tertawa terbahak-bahak dan mengeluarkan sebuah tombak misterius yang diselimuti aura khayangan.
"Sudah lama aku tidak bergetar seperti ini." ujarnya dengan tertawa.
***
Ditengah kegelapan dan aura yang suram, Serigala Fenrir membawa Hart dengan keduabelas pasang gigi taring. Fenrir merasa heran mengapa bawahan yang selalu memberontak kini tunduk dihadapan pemuda ini, bahkan sampai membantu dalam pertarungan.
"Lepaskan aku, Turunkan aku disini." Hart membuka mata dan telah sadarkan diri. Dengan mata yang sedikit melirik perlahan ia menurunkan Hart dan melepas cengkraman mulutnya. Pijakan yang masih tertatih-tatih namun semakin stabil. Tiba-tiba Hart mengeluarkan Baldur.
"Hei Paman, mana hadiah yang kau janjikan ? Dan kau bawa aku kemana sekarang ? Apa kau mau kujadikan sup serigala, hah !" Seketika seluruh bulu Fenrir berdiri. Dengan tatapan seekor anjing penurut, Ia mengeluarkan sebuah portal yang mengeluarkan berbagai macam barang. Mulai dari senjata, pakaian, zirah, buku mantra, peta, dan berbagai macam pernik.
"Setiap Tyr membunuh para petualang yang masuk, Ia selalu menyuruhku untuk menelan tubuh bau mereka. Ada juga beberapa peninggalan mereka sebelum aku dikurung." Fenrir mengeluarkan satu lagi portal. Portal yang berisi beberapa artefak kuno dan beberapa permata.
"Kau bilang ini peninggalan Ragnarok bukan ?" Hart memeriksa beberapa artefak dan menemukan sesuatu yang menarik.
"Cincin ini, sepertinya menarik." Hart mengambil sebuah cincin abu-abu dengan permata hitam pekat kemudian menggunakannya di ibu jari sebelah kiri.
"Sial, apa dia tahu atau hanya keberuntungan saja bahwa itu adalah salah satu cincin yang digunakan Heimdallr untuk membuat bifrost. Entah kenapa aku meraskan aroma dan kemampuan Heimdallr pada pedang putih di punggung bocah ini." Fenrir menggumam dalam hati. Tanpa dijelaskan pun Hart menyadari terdapat reaksi luar biasa antara Heimdallr dan cincin baru yang ia kenakan.
"Apa mungkin ini cincin penguatan senjata ? Mencoba tidak ada salahnya kan ?"
Hart mengeluarkan Heimdallr dan mengayunkan dengan sekuat tenaga. Tiba-tiba muncul sebuah retakan ruang yang menyebabkan dimensi lantai 6 hancur sebagian. Disisi lain retakan, Hart melihat rerumputan dan ratusan candi reruntuhan."Peningkatan yang luar biasa, jarak teleportasiku semakin jauh." gumam Hart dalam hati.
"Fenrir, apa kau muat untuk keluar melalui retakan dimensi ini ?" Hart berpindah dari lantai enam menuju lantai tujuh dalam sekejap mata. Fenrir pun dengan langkah ragu-ragu berhasil keluar menuju lantai tujuh walaupun harus menekan seluruh tulang agar muat. Ekspresi yang menunjukkan udara bebas dan aroma yang sudah lama tidak tercium serta pijakan kasar dimana seseorang dapat berlari sekencang-kencangnya. Perasaan suka cita kini dirasakan Fenrir.
"Hei, kita masih mempunyai tujuh perhitungan lagi, Kau tidak ada niatan lari kan ?" Hart menatap tajam Fenrir.
"Tentu saja tidak, hehehe Fenrir yang Agung selalu melunasi semua perhitungan yang ia buat." Fenrir berdiri tegak.
"Apa kau tidak memiliki bentuk selain serigala raksasa ? Whitewolf saja bisa berubah menjadi sarung tangan." Seketika muncul tekanan yang luar biasa. Puluhan candi terhempas jauh di udara, Padang rumput yang berubah menjadi tanah, Aura kegelapan menusuk jiwa Hart Lowrealm.
"Bocah, Kau tidak sedang meremehkanku kan ? Asal kau tahu saja, kemampuan whitewolf paling rendah diantara bawahanku yang lain karena aku tak sudi memberikan berkah pada anjing berandal !" Fenrir merubah dirinya menjadi sebuah kantung yang menemel pada pinggang bagian kiri Hart.
"Dengan ini, kau bisa mengakses ruang harta pribadiku dengan bebas, Ingat jatahmu tinggal tujuh buah. Sudahlah, Aku mengantuk." Fenrir kemudian terdiam. Hart menggelengkan kepala selagi tersenyum dan kembali membuka peta pemberian Merlin. "Kalau tidak salah, setelah kuil bergambar orang botak, aku ke arah sini." gumamnya mangikuti peta.
***
Lofoten ternodai oleh mayat ular raksasa yang kehilangan dua belas kepalanya. Berada di kedalam puluhan kaki Anne, Marduk, Manda Hammer, dan Nanda Hammer memasuki kuil dimana terdapat sarang ular raksasa. Dengan bantuan sihir spasial milik Marduk menggunakan dua tameng yang membentuk sebuah barrier mutlak, Mereka bersama menjelajah seisi kuil, dimulai dari aula utama. Gelembung-gelembung racun yang Marduk lihat sebelumnya telah menghilang. Aula utama jadi terlihat lebih bersih menandakan monster setempat yang sudah diatasi. Setelah menelusuri aula utama bergaya longhouse di peradaban nordik, mereka menemukan tangga ke bawah. Semakin bertambah anak tangga yang dituruni, semakin gelap dan samar penglihatan mereka kecuali Manda yang sejak awal tidak dapat melihat, insting dan pendengaran yang tajam mengubah pandangan yang gelap menjadi sebuah peta sempurna. Ia menjadi pemandu yang sesungguhnya.