Nothing but King

Anakbarunulis
Chapter #2

Pedagang Dan Pecundang Tak Diundang

Skoll is the name of the wolf

                                  Who follows the shining priest

                                  Into the desolate forest,

                                  And the other is Hati,

                                  Hróðvitnir's son,

                                  Who chases the bright bride of the sky.

                                                Potongan syair nordik  Grímnismál,

 Malam yang hening, hanya terdengar suara angin berhembus sepanjang padang rumput. Malam itu di dalam kereta kuda, seorang pemuda terdiam karena lehernya bersentuhan dengan pisau yang tajam dan mematikan. Setelah mengobati luka seorang perempuan dan bertarung mengalahkan para monster yang mengejarnya, Hart berakhir pada keadaan seperti ini. Seorang wanita dengan rambut dan matanya yang sejuk dan tenang disinari rembulan dan kedua taringnya yang mengerikan termakan bayang-bayang rembulan. Nampaknya setelah kesadarannya kembali ia diam-diam melihat pertarungan Hart dengan para penunggu hutan.. 

 "Setelah aku khawatir karena daerah yang kau kunjungi terdapat aura terkutuk seorang gauntlet, ternyata itu hanya hawa keberadaan milikmu, Tuan Pedagang." 

 Hart masih saja tersenyum. Suasana kembali hening. Ia sama sekali tidak mengatakan apapun. 

 "Baiklah kalau sebegitunya kau ingin digorok !" bisik perempuan itu.

 "He..he..he.. kuharap kau selalu melepas tudungmu." ujar Hart dengan terbata-bata.

 Hart telah mencapai batasnya. Sekaleng sup tidak dapat mengembalikan tenaga yang terkuras,Pandangan yang perlahan gelap hingga kesadaran yang ikut menghilang. Membuat tubuhnya bersandar di perempuan itu.

 "Eh.. Tu.. Tunggu.."

 Seketika ia menyadari banyaknya luka dan pendarahan di tubuh milik Hart. Tanpa menunggu lebih lama dilepaskanlah belati dari tangannya dan Hart dibawa menuju ranjang. Setelah selesai membaringkan tubuhnya, Ia mengobati lukanya satu persatu. Saat melucuti pakaian, terlihat sebuah belati mengerikan di pinggang belakangnya. Meskipun ia tidak pernah melihat hal yang mengerikan sebelumnya, kali ini seluruh tubuhnya merinding dan tidak sanggup untuk menariknya. Tanpa berpikir panjang ia segera menutup luka-luka yang telah diobati dengan perban. Pada saat itu ia menemukan sebuah kejanggalan, sebuah hal yang layak dibicarakan ketika pagi datang, pikirnya.

 ***

 Tanpa sadar malam telah berlalu. Aroma fajar dan kehangatan pagi perlahan menembus kereta kuda dan merambah untuk membangunkan Hart. Perlahan ia membuka mata dan tersadar tubuh yang penuh perban. Dengan beberapa rasa nyeri tersisa ia berusaha mengangkat tubuhnya untuk berdiri. Langkah kaki yang terbata-bata menandakan beberapa luka masih belum sembuh total. Ia mencium aroma yang harum dan lezat dari luar kereta kemudian memutuskan untuk menghampiri aroma itu dengan keadaan laparnya. Saat keluar dari kereta, terdapat sebuah tungku berisi sayuran daging mendidih, dua mangkok, dan dua pasang alat makan. Hart pun tersenyum.

 "Hah ! Sia-sia jika sayuran panas ini tidak segera disantap ! Selamat makan !"

 Dengan lahap menyantap hidangan yang bukan untuknya, bahkan manghabiskan beberapa mangkuk. Ia menyadari seseorang mengintipnya dari balik pohon. Hart pun kembali tersenyum.

 "Cih ! Gawat ! Aku menghabiskan sup nya ! Kalau segini mah masih kurang." teriaknya.

 Tiba-tiba seseorang melompat dari udara dan mendaratkan sebuah tendangan tepat mengenai wajahnya hingga membuatnya terpental.

 "BANGSAT ! TIDAK TAHU TATA KRAMA ! BUKAN CUMA KAMU YANG LAPAR !" teriak perempuan itu.

 Kemudian dia hanya menghela nafas dan kembali tenang, ia sedikit melirik tungku yang ternyata masih tersisa beberapa mangkuk lagi. Ia tersenyum lega dan mengambil untuk satu mangkuk kemudian memakannya. Disisi lain, Hart perlahan berdiri kemudian mendekatinya.

 "Aduh..duh..duh... Hehehe ngapain daritadi kau bersembunyi di balik pohon ?" tanya Hart

 "Berisik, Gauntlet sepertimu perlu diwaspadai !" jawabnya.

 "Hart Lowrealm, meninggalkan lingkungan gauntlet pada usia enam tahun dan memutuskan untuk berdagang hingga saat ini." ujarnya sembari mengambil satu mangkuk lagi dan duduk disebelah perempuan itu.

 "Hahaha.. Rasanya menenangkan jika kau melepas tudungmu." lanjutnya.

 Walaupun hanya sebentar, perempuan itu menunjukkan ekspresi tersipu malu.

 "Anne Howthrone" ujarnya.

 Hart hanya terdiam.

 "Kuanggap kau sudah tahu karena ekspresimu" sahut Anne

 Hart menghela nafas kemudian meletakkan mangkuk miliknya.

 "Mengapa putri terkutuk dari Raja Agung Kekaisaran Barat yang kabarnya mengurung diri sedang bermain petak umpet dengan suku pembunuh bayaran terkenal Enmui ?" Hart sedikit melirik mangkup sup yang tiba-tiba kosong.

 "Bercermin sana ! Mengapa seseorang dari Gauntlet sepertimu berdagang dan berkeliling tanpa arah ?"

 "HAHAHA !! Memangnya kenapa ?" Hart tertawa terbahak-bahak.

 "Berarti kita impas kalau begitu, aku tidak tahu seberapa bencinya kau pada gauntlet hingga ingin membunuhku, tetapi aku menawarkan sesuatu padamu." lanjutnya.

 Anne menyeduh sebuah sup kemudian sedikit meniupnya dan meminum kuah dengan sekuat tenaga. Kemudian ia mengikat rambut merahnya yang terurai. Ia sedikit melirik bagian rusuk milik Hart. Teringat kemarin malam saat merawat tubuhnya, Anne melihat sesuatu yang janggal. Sebelum Hart melanjutkan penawarannya, Anne menanyakan sesuatu.

 "Hart, belati itu, Baldur maksudku, kau pengguna Art of Sacrifice kan ?" tanpa pikir panjang Anne mengatakan sesuatu yang dianggap tabu. Pada saat itulah sorot mata dan gestur tubuh Hart menunjukkan bahwa ia terkejut. 

Lihat selengkapnya