Nothing but King

Anakbarunulis
Chapter #4

Hellheim's Heart

Tahun 23, Bulan Pertapaan Naga, pertama kali tenggelamnya matahari.

 Di lebatnya pepohonan Hellheim, banyak sekali mayat monster berjatuhan. Sebagian besar adalah minotaur tingkat menengah sedangkan sisanya goblin tingkat rendah. Di antara tumpukan mayat itu seorang pria misterius berzirah dan bersenjatakan dua tameng dengan motif kepala kambing berdiri bermandikan darah. Perlahan ia berjalan hingga menghilang tertelan pepohonan.

 "Altar itu, aku harus menghancurkannya." gumamnya.

 Sementara itu di jalan setapak menuju pegunungan berapi Hellheim.

 "Hah ! Apa kau ingin merepotkan lagi setelah apa yang kau lakukan kepada Tuan Fell ?"

 "Berisik kau pirang bertaring ! Sudah kubilang, kita membutuhkan seorang vanguard atau tanker, Aku kenal seseorang di kota. Setelah kembali dari sini, aku akan berbicara dengannya."

 "Siapa yang kau panggil bangsawan bertaring, dasar maniak hutang, Lagipula meskipun itu kenalanmu setidaknya kau memberinya semacam kompensasi."

 "Dan untuk siapa aku rela menyandang gelar maniak hutang ? putri jadi-jadian !"

 "Taring ini ciri khas dari bangsawan Howthrone, pusat aliran sihir kami terkumpul di sini. Howthrone adalah bangsawan dengan kecepatan rapalan mantra paling cepat karena pusat sihir mereka berada dalam indera pengecap."

 "Menarik.. kukira kau semacam vampir atau makhluk jadian-jadian lainnya, Tapi tetap saja kau bangsawan bertaring."

 "Berisik."

 Keduanya terus berseteru sepanjang perjalanan. Ketika keluar dari gua goblin, mereka memutuskan untuk menjelajahi pusat wilayah Hellheim, yaitu barisan pegunungan berapi yang terletak tepat di tengah wilayah itu. Mereka telah berjalan selama dua jam dan kini memutuskan untuk beristirahat. Mereka melihat sebuah altar kecil di sisi timur jalan yang mereka lalui. Perjalanan dari jalan utama menuju altar sekitar tiga puluh derajat pergerakan matahari ke barat, mereka sampai di altar tersebut pada siang hari dan meletakkan barang bawaan.

 "Hart, suasananya terlalu tenang, Aku tidak suka ini."

 "Kau benar, sepanjang jalan kita tidak menemui monster satu pun. Begitu juga altar ini, biasanya di sekitar altar selalu terdapat beberapa monster tingkat menengah. Untuk saat ini, ayo kita selesaikan urusan kita." 

 Sekejap Hart mengeluarkan belati emasnya dan menyerang Anne. Dengan kecepatan mata yang tinggi, Anne mengeluarkan Skoll dan menangkis belati emas itu. Terjadi dentuman logam yang lumayan keras. Setelah beberapa waktu mereka beradu kekuatan tabrakan senjatanya, Hart dan Anne melompat menjauh kemudian mempersiapkan kuda-kuda. Hart mulai bergerak dengan berlari mengelilingi Anne untuk mengalihkan pandangannya. Tatapan Anne yang tajam penuh keseriusan berusaha mengikuti pergerakan Hart, Disisi lain kecepatan mata Anne memperlihatkan sedikit jeda yang memberikan momentum. Dari satu titik Hart mengumpulkan tenaga penuh dan berlari dengan mengarahkan belatinya ke depan. Namun Hart terkejut melihat Anne yang tiba-tiba menyarungkan Skoll dan tersenyum. Hart terlihat tidak peduli dan hendak menghunuskan belatinya. 

 "Kena kau maniak hutang !" teriak Anne

 Anne lantas menunduk dan dengan sekuat tenaga menghentakkan tanahnya dengan tangan kanan miliknya. Seketika tanah disekitar mereka hancur berkeping-keping dan membuat Hart kehilangan keseimbangan. Naas, saat Hart ingin melompat di depannya terlihat perempuan dengan tatapan mengerikan sedang mengeluarkan katana miliknya. Ia pun mengayunkan pedangnya dengan sekuat tenaga.

 Dengan tubuhnya yang lincah, Hart menarik tubuhnya kebelakang dan berguling menghindar. Sedikit saja terlambat perutnya akan terbelah. Ia melihat perutnya yang sedikit lecet karena terkena sedikit tebasan Skoll.

 Hart menyeringai.

 Tanpa basa-basi ia berlari kedepan melompati puing-puing tanah kemudian menghunuskan belatinya ke depan. Ia tahu bahwa belati ini akan ditangkis sekuat tenaga oleh Anne. Saat mereka beradu kekuatan dengan saling bertahan, Hart merendahkan tubuhnya dan menendang pergelangan kaki Anne. Namun tidak terjatuh, justru ia menghindari tendangan tersebut dengan melompat ke belakang. Anne menghela nafas.

 "Aku menyerah" ujarnya.

 "Kau kenapa Anne ? Nggak enak badan ?"

 "Waktunya makan siang Hart."

 "Oh.."

 Hart menyarungkan belatinya kemudian duduk bersandar di tepi tembok altar. Anne menyiapkan daging kanin sisa kemarin untuk dibuat sate. Dimulai dari mecincang daging kemudian menyusunnya dengan tusukan kemudian membakarnya. Seperti biasa mereka berdua menyantap dengan lahap seakan-akan setelah ini makanan menghilang dari dunia. Disisi lain, mata mereka selalu terlihat waspada. 

 "Anne, bagaimana kalau kita masuk ?"

 "Ke altar maksudmu ? Huh.. kau saja sendiri, toh jika aku masuk semua harta itu tetap saja kau ambil."

 "Hmmm... siapa bilang kita mencari harta karun, Oh tuan putri, hukumlah hambamu ini karena membuatmu tergila-gila dengan harta..."

 "B..b...b...berisik !! Baiklah, ayo kita selesaikan altar ini."

 "Aku serius, Melihat altar sebesar ini pasti menyimpan sesuatu yang luar biasa. Dapat aku rasakan, aura didalamnya melebihi aura pegunungan Hellheim."

 Anne mengulurkan tangannya, dengan sedikit aliran sihir yang diberikan kepada altar itu maka akan tercipta sebuah portal menuju altar's domain. Altar's domain adalah sebuah dimensi yang diciptakan untuk menyeimbangkan eksistensi altar di dunia astral. Jika altar dihancurkan maka Altar's domain ikut lenyap, begitu pula sebaliknya. Altar yang utuh menandakan Altar's domain belum disentuh sama sekali. Melihat altar ini ukurannya cukup untuk dibuat bersandar, Anne memperkirakan Altar's domain kali ini memiliki kesulitan medium. Setelah mereka berdua memasuki portal, mereka berada di sebuah ruangan kosong berdinding batu yeng diitari lilin, di salah satu sisinya terdapat sebuah lorong. Raut wajah Hart seperti ingin berlari menerjang lorong tersebut, Anne yang melihatnya menatap dengan tatapan yang dingin.

 "Ingat ya bodoh ! Terakhir kali aku membiarkanmu mengambil alih sebagai pemandu, kita berdua bobrok karena goblin raksasa itu !" ujarnya.

 "Lho, Anda jangan salah, terakhir kali aku yang memandu, kau mendapatkan kekuatan pukulan yang dahsyat karena menyerap monster itu, setiap musibah yang kubawa selalu membawa keuntungan yang sepadan, Bagaimana ? Apakah aku terlihat layaknya pedagang bijak ? Hahaha !! HUAHAHAHAHA ....!!!"

 Raut wajah Anne terlihat kesal kemudian ia menghela nafas.

Lihat selengkapnya