Di dalam pesawat Lusilu, mereka menemukan seorang pria yang terikat. Wajahnya pucat, tapi matanya memancarkan harapan. "Terima kasih... kalian telah menyelamatkanku," kata pria itu dengan suara serak. "Namaku Dokter Likton." Ia tersenyum lemah. "Aku tahu tentang kalian... tentang kekuatan yang kalian miliki," sambungnya, menatap gelang dan kalung mereka. "Lusilu telah menyekapku dan memaksaku untuk membantunya, untuk memurnikan kekuatannya yang tercemar," katanya. "Tapi aku tidak bisa melakukannya. Kekuatannya sudah terlalu rusak."
"Kalian harus ikut denganku," Dokter Likton melanjutkan, suaranya penuh urgensi. "Aku akan membawa kalian ke tempat di mana kalian bisa mendapatkan jawaban atas semua pertanyaan kalian." Dokter Likton membawa mereka ke kokpit pesawat Lusilu yang futuristik. Pesawat itu meluncur mulus, menembus atmosfer dan menuju hamparan bintang. Di dalam pesawat yang sunyi, Dokter Likton mulai menjelaskan tentang kekuatan mereka. "Setiap kekuatan yang diberikan oleh robot galaksi terikat oleh sebuah kontrak," kata Dokter Likton, matanya menatap tajam. "Ji—" Ia berhenti, kata-katanya tercekat. "Ji apa?" tanya Kai, tidak sabar. Dokter Likton menggeleng, "Tidak apa-apa," jawabnya, mengalihkan pandangan.
"Sebagai imbalannya, robot tersebut akan mengabulkan satu permintaan kalian jika kalian berhasil mengalahkan semua penjahat di galaksi," katanya, kembali pada nada penjelasannya. "Permintaan? Maksudnya bagaimana?" tanya Zara, matanya membelalak. "Itu adalah janji yang diberikan oleh robot-robot itu," jelas Dokter Likton. "Namun, ada harga yang harus dibayar," lanjutnya, suaranya menjadi lebih serius. "Jika mental kalian terganggu, kekuatan itu bisa mengeruh, berbalik melawan kalian, dan bisa saja membuatmu tidak terkendali. Seperti yang terjadi pada Lusilu." Aiden merasakan ketakutan dingin merayap di punggungnya. Ia teringat bagaimana amarahnya hampir meledak saat Zara terluka.