Nova Nebula: poor child (series 1) novel edison

Pikri YAnor
Chapter #6

Harga Sebuah Jiwa

Suasana di akademi terasa berat, seolah udara itu sendiri membawa beban kesedihan. Malam telah jatuh, menyelimuti gedung-gedung dengan kegelapan yang pekat, tetapi tidak bisa menyembunyikan trauma yang tersisa dari ledakan kekuatan Ethan yang hampir menghancurkan sebagian akademi. Para guru telah turun tangan, mengakhiri kekacauan yang tak bisa dikendalikan oleh para peserta didik.

Pertarungan sengit antara para guru dan Ethan tak terhindarkan. Ethan, meski dikuasai emosi negatif, tetaplah seorang petarung yang kuat. Ia menciptakan ilusi dirinya, menggandakan kekuatan, dan menyerang dengan amarah yang tak terkendali. Para guru berusaha menenangkannya, tetapi amarahnya terlalu dalam. Akhirnya, Orion sendiri yang melumpuhkan Ethan, ia terbaring.

Orion berdiri di samping Ethan yang sudah tak berdaya. Dengan ekspresi berat, ia mengambil chip reset dari kalungnya Ethan. Ia memencet letakkan-nya, sebuah cahaya redup keluar dari kaca matanya Ethan, sebuah cahaya redup dari chip, lalu diambil, dan Ethan tak bernyawa. "Ini harus dilakukan," kata Orion dengan nada yang nyaris tidak terdengar, tetapi Aiden dan yang lainnya bisa mendengarnya dengan jelas. "Demi keselamatan semua."

Chip reset Ethan kemudian disimpan sebagai cadangan untuk pemurnian kekuatan di masa mendatang. Sebuah tindakan yang terasa pragmatis, namun dingin dan kejam bagi Aiden dan yang lainnya. Mereka menyaksikan bagaimana seorang pahlawan, yang seharusnya dilindungi, akhirnya dikorbankan demi "keteraturan."

Di penginapan akademi, Aiden, Zara, Kai, dan Ray berkumpul dalam diam, wajah mereka memancarkan kesedihan dan trauma. Mereka duduk bersama di ruang tamu, keheningan yang menyelimuti mereka terasa lebih berat daripada suara ledakan apa pun.

"Kenapa harus seperti ini?" Aiden akhirnya memecah keheningan, suaranya parau. Ia menatap ke tangannya yang gemetar. "Kenapa kita harus mengambil nyawa seseorang hanya karena dia mengalami masalah mental?" Ia merasakan kepahitan yang mendalam, sebuah pertanyaan yang tidak memiliki jawaban yang memuaskan.

"Ini tidak benar. Pasti ada cara lain," kata Zara, air mata mengalir di pipinya. Ia memeluk lututnya, tubuhnya gemetar.

Kai menunduk, meremas tangannya sendiri. "Aku merasa bersalah. Seharusnya kita bisa membantunya tanpa harus sampai seperti ini," gumamnya, menyalahkan dirinya sendiri. Ia, sang pelindung, merasa gagal.

Lihat selengkapnya