Saat pesawat patroli mereka melintasi nebula, layar hologram di kokpit tiba-tiba menyala. Gambar hologramnya terdapat sosok yang bernama 'Zin', siswa lainnya yang ada di akademi galaksi, muncul perlahan. Wajahnya terlihat letih dan dipenuhi kekhawatiran. "Kudengar kalian berpatroli di beberapa galaksi," kata Zin. "Jika kalian ingin membantu menyelesaikan masalah yang nyata, kalian harus pergi ke planet Lukas. Di sanalah aku juga tinggal."
Aiden mengerutkan kening. Ia merasa agak familiar dengan nama planet itu. "Planet Lukas? Ada apa di sana?" tanyanya. Zin menghela napas berat. "Dulunya planet Lukas adalah planet yang indah, surga yang hijau. Tapi sekarang, planet Lukas dalam kondisi yang sangat buruk. Sumber dayanya hampir habis, pencemaran merajalela, dan korupsi di mana-mana. Diskriminasi ras juga sangat parah di sana."
"Hampir semua pemimpin korup di sana sudah ditangkap," lanjut Zin, "tapi masih ada beberapa pemimpin yang belum bisa diatasi di planet kami." Informasi dari Zin membuat Aiden gelisah. Ia langsung teringat mimpi buruknya, tentang planet yang hancur. Ia yakin mimpinya ada hubungannya dengan masalah di planet Lukas. Setelah menutup panggilan, Aiden berbalik ke teman-temannya. "Aku rasa kita harus pergi ke planet Lukas. Ada masalah besar di sana," katanya dengan nada tegas.
Zara, Kai, dan Ray mengangguk setuju. Mereka merasa terpanggil. Aiden menghubungi Guru Lumari. "Guru Lumari, kami ingin mengkonfirmasi patroli ke planet Lukas. Kami mendengar planet itu sedang dalam kesulitan," kata Aiden. Guru Lumari mendengarkan dengan seksama. "Aku sudah mendengar tentang situasi di planet Lukas. Memang benar planet itu sedang mengalami krisis yang parah," katanya. "Kalian boleh pergi ke sana, tapi berhati-hatilah. Situasinya sangat berbahaya."