Nova Nebula: poor child (series 1) novel edison

Pikri YAnor
Chapter #9

Pemimpin yang Terluka

Aiden dan teman-temannya tiba di depan benteng Bimikus. Benteng itu menjulang tinggi, sebuah bangunan dari logam yang tampak usang dan berkarat. Dinding-dindingnya ditutupi dengan lumut dan noda minyak, mencerminkan kondisi memprihatinkan planet Lukas. Sebuah bangunan yang melambangkan kekuasaan yang di-bangun dari kehancuran.

Penjagaan di-sekitarnya sangat ketat. Robot-robot patroli bersenjata laser berputar-putar di sekitar benteng, mata mereka yang merah menyapu setiap sudut dengan waspada.

Aiden dan timnya bersembunyi di balik reruntuhan bangunan, mengamati situasi. "Terlalu banyak penjaga," bisik Kai, matanya memincing. "Kita tidak bisa langsung masuk."

Mereka menyusun strategi untuk menyusup ke dalam benteng tanpa terdeteksi. Zara, sebagai yang paling cepat dan gesit, menjadi kuncinya. Ia menggunakan kemampuannya untuk memperlambat waktu di area sekitar robot patroli, membuat mereka terlihat seperti bergerak dalam gerakan lambat.

Dengan gerakan cepat dan terkoordinasi, mereka berhasil melewati barisan robot patroli tanpa menimbulkan suara. Aiden, Kai, dan Ray mengikuti Zara, bergerak dengan hati-hati. Mereka berhasil masuk ke dalam benteng melalui celah kecil di gerbang.

Di dalam benteng, suasana terasa sunyi dan dingin, sangat kontras dengan keramaian di luar. Lorong-lorongnya gelap dan lembap, dengan bau logam dan debu yang menyengat. Mereka berhati-hati menyusuri lorong-lorong, mencari keberadaan Bimikus.

Tiba-tiba, mereka mendengar suara langkah kaki mendekat. Mereka segera bersembunyi di balik sebuah pilar besar. Seorang penjaga bersenjata melintas di depan mereka, matanya menatap lurus ke depan. Aiden memberi isyarat kepada teman-temannya untuk tetap tenang, menahan napas sampai penjaga itu pergi.

Akhirnya, mereka sampai di sebuah ruangan besar di jantung benteng. Di tengah ruangan itu, berdiri Bimikus. Di belakangnya, melayang robot galaksi-nya. Bernama Ferrum robot itu, yang awalnya terlihat seperti televisi logam, berubah bentuk, menyatu dengan Bimikus menjadi baju pelindung.

Bimikus terlihat lelah dan putus asa. Wajahnya dipenuhi kerutan, dan matanya memancarkan kesedihan yang mendalam, seolah ia telah menanggung beban yang tak terbayangkan.

"Kalian datang juga akhirnya," kata Bimikus dengan suara berat, seolah ia sudah menduga kedatangan mereka. "Aku sudah menunggu kalian."

Lihat selengkapnya