Suasana duka masih menyelimuti Akademi Galaksi pasca tragedi yang menimpa Ray dan ayahnya, Orion. Kehilangan dua sosok penting dalam hidup mereka terasa begitu berat. Aiden, Zara, dan Kai berusaha tegar, tetapi duka itu terus menekan, membuat setiap langkah terasa berat dan setiap tawa terasa palsu. Di tengah kesedihan itu, Guru Lumari tampil dengan sikap yang berbeda. Ia tampak lebih dingin dan menyendiri, menjauhkan diri dari para muridnya yang berduka. Aiden, yang sudah lebih peka terhadap emosi, merasakan ada yang tidak beres.
Suatu pagi, Guru Lumari memanggil Aiden, Zara, dan Kai ke ruangannya. Suasana di dalam ruangan itu terasa dingin dan tegang. "Ada misi penting yang harus kalian lakukan," kata Guru Lumari, suaranya terdengar datar. "Planet asalku, Ozi'lon, membutuhkan bantuan."
"Ada laporan tentang aktivitas mencurigakan yang mengancam keselamatan penduduknya," lanjutnya. Ia tidak memberikan detail lebih lanjut, seolah-olah ia ingin mereka pergi tanpa banyak pertanyaan.
Aiden, Zara, dan Kai, meskipun masih berduka, merasa ini adalah kesempatan untuk mengalihkan pikiran dan melakukan sesuatu yang berarti. Mereka setuju untuk pergi ke Ozi'lon, berharap bisa membantu orang lain dan melupakan kesedihan mereka.
Perjalanan ke Ozi'lon terasa sunyi dan penuh pertanyaan. Aura Guru Lumari pun terasa berbeda dari biasanya, sebuah kegelapan yang tidak bisa disembunyikan.
Setibanya di Ozi'lon, mereka disambut pemandangan yang mengerikan. Banyak penduduk Ozi'lon yang hidup dalam ketakutan dan penderitaan. Banyak dari mereka yang menjadi budak dan pelayan paksa.
Aiden, Zara, dan Kai merasa ngeri melihat perbudakan tersebut. Mereka bertekad untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mereka mulai menyelidiki, berbicara dengan beberapa penduduk. Saat mereka menyelidiki lebih lanjut, mereka menemukan fakta yang mengejutkan. Dalang dari kekacauan Ozi'lon adalah Guru Lumari sendiri.