Aiden, Zara, dan Kai kembali ke Akademi Galaksi dengan membawa chip reset Guru Lumari. Suasana duka pasca tragedi Ray masih terasa, namun kini diselimuti oleh aura tegang. Mereka menyerahkan chip tersebut kepada Orion, yang menyambut mereka dengan wajah tanpa ekspresi, seolah-olah ia sudah kehilangan semua emosinya.
Waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Ritual kebangkitan Malaikat Sangkakala akan segera dimulai. Orion menjelaskan bahwa ini adalah bagian dari rencana yang sudah lama dipersiapkan, sebuah pengorbanan yang diperlukan untuk membersihkan kekacauan di alam semesta. Sebuah ruangan kuno di dalam akademi disiapkan untuk ritual. Simbol-simbol kuno terukir di dinding dan lantai, memancarkan aura mistis.
Ratizan, dengan wajah yang tegar namun menyimpan kesedihan yang mendalam, melangkah menuju altar. Ia telah menerima takdirnya sebagai wadah bagi Malaikat Sangkakala. "Ini adalah tugasku," katanya, suaranya bergetar. "Aku percaya pada kalian semua."
Aiden, Zara, dan Kai merasa khawatir melihat Ratizan mengorbankan dirinya. Mereka mencoba mencari cara lain, tetapi tidak ada jalan keluar. Ini adalah satu-satunya jalan yang disajikan kepada mereka, jalan yang penuh pengorbanan.
Ritual pun dimulai. Orion memimpin ritual tersebut dengan khidmat, mengucapkan mantra-mantra kuno dalam bahasa yang tak mereka mengerti. Cahaya terang memancar dari tengah ruangan, dan suara-suara kuno menggema di seluruh ruangan, menciptakan suasana yang mencekam.
Saat Malaikat Sangkakala memasuki tubuh Ratizan, matanya menjadi biru bercahaya, sayapnya muncul seperti merobek punggungnya dengan sayap berwarna hitam. Kekuatan yang luar biasa dilepaskan, mengguncang seluruh akademi. Energi dahsyat memancar dari tubuh Ratizan, menciptakan gelombang kejut yang merambat ke seluruh galaksi. Retakan-retakan mulai muncul di dinding dan lantai akademi, dan lampu-lampu padam satu per satu.