Aiden, dalam wujud raksasanya, terlihat sangat berbeda. Ia berubah menjadi monster yang menyeramkan. Ia bersinar dan mengenakan kaus putih bersih, namun dengan daging dan organ yang mengalir dari retakan di pipinya, sebuah pemandangan mengerikan yang menunjukkan bahwa ia telah kehilangan kemanusiaannya. Ia berbicara dengan nada sombong dan delusional, suaranya menggelegar di seluruh galaksi.
"Aku adalah anak tuhan atau tuhan dari alam semesta ini," kata Aiden, matanya berkilat kegilaan. "Aku adalah yang maha mengetahui dan lagi maha kebenaran, hitam dan putih, bahkan abu-abu yang ada di dunia ini."
"Cerita adalah hidup, dan hidup adalah sebuah cerita dari diri kalian yang fana itu sendiri. Wahai engkau, jangan biarkan menjadi hitam karena diri fana terletak namanya putih dengan takdir dari aku dan kebebasan dari aku. Wahai engkau, jangan sombong karena aku lah yang paling berkuasa di sini."
Ethan mencoba berbicara dengan Aiden, menasehatinya untuk kembali seperti semula. Namun, Aiden menolak untuk mendengarkan. "Aiden, kamu tahu, sebenarnya kamu dulu baik dan tulus," kata Ethan. "Kamu tidak perlu menjadi tuhan atau segala macam. Jadilah dirimu sendiri."
Aiden hanya tertawa. "Aku udah seperti ini dari dulu," katanya, suaranya dipenuhi arogansi. "Inilah diriku sendiri, diri aku yang baru, diriku yang lama, diriku yang manusia yang lemah nan fana, telah hangus menjadi abu. Kodrat aku sebagai manusia sudah hangus menjadi abu."
Ia menceritakan penderitaannya yang begitu dalam. "Bahkan pada saat aku sendiri, saat ibuku meninggal dan ayahku menghilang entah ke mana, aku merasakan bagaimana rasanya kodrat aku telah ditanyakan dulu. Aku telah lelah menjadi manusia, aku lemah dan fana sebagai manusia. Dilahirkan, diajarkan, diperkerjakan, dikawinkan, dimenlahirkan, dan menjadi lemah dan lalu mati. Apakah itu arti sesungguhnya dari kodrat seorang manusia?"