Rumah Aref, yang dulunya penuh dengan botol-botol pil, bungkus makanan instan, dan kegelapan, kini telah ditinggalkan. Sebuah spanduk besar bertuliskan "Rumah ini dijual" terpasang di depan gerbang, mengumumkan akhir dari sebuah era.
Ketika sebuah keluarga datang untuk membeli rumah itu, penjual rumah menceritakan kisah tragis yang menyelimutinya. "Aref telah mati," katanya. "Dia bunuh diri karena tidak bisa berenang di sungai." Penjual itu tidak tahu kebenaran di baliknya, hanya mengira itu adalah kecelakaan.
Kemudian, penjual itu melanjutkan kisahnya. "Ibunya juga sekarang di panti jompo," katanya. "Yang tadinya di rumah sakit karena penyakit HIV yang dia derita." Sebuah akhir yang pahit bagi seorang ibu yang mengabaikan anaknya demi kesenangan sesaat.
"Dan adiknya juga tergantung orangnya," kata penjual itu dengan nada sarkasme yang dalam, sebuah sindiran untuk adik Aref yang mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. "Mungkin karena diancam rentenir pinjol yang membuatnya tertekan."