Setelah memutuskan untuk bolos, Aiden dan Kai menjelajahi pulau terapung tempat Akademi Pelindung Galaksi berada. Mereka berjalan menyusuri kota yang menyatu dengan alam, lalu menyusuri hutan yang lebat, melewati air terjun yang indah, dan mendaki bukit-bukit yang curam. Namun, suasana hati Kai tampak agak gelisah.
Mereka akhirnya tiba di tepi sebuah lembah yang curam. Di dasarnya, terlihat aliran lava yang menyala-nyala. Pemandangan itu menakutkan sekaligus memukau.
Kai tiba-tiba berhenti dan menatap Aiden dengan tatapan kosong tapi dengan senyuman kecil. "Aiden," katanya dengan suara pelan, "menurutmu, apa arti semua ini?"
Aiden mengerutkan kening. "Maksudmu?"
"Semua ini," kata Kai sambil menunjuk ke lembah di bawah mereka. "Kekuatan ini, Akademi ini, semua pertempuran ini… apa gunanya?"
Aiden terdiam. Ia mengerti apa yang dirasakan Kai. Setelah kejadian dengan Ethan dan penjelasan Nova tentang konsekuensi kekuatan mereka, keraguan dan ketakutan mulai menghantuinya.
"Kita hanyalah alat," lanjut Kai dengan suara yang semakin bergetar. "Alat bagi Akademi ini. Kekuatan kita… cepat atau lambat pasti akan tercemar. Atau kita sendiri yang akan mati, karena hanya ada satu yang selamat. Apakah itu manusiawi?"
Aiden mencoba menenangkan Kai. "Kai, jangan bicara seperti itu," katanya. "Kita tidak sendirian. Kita saling memiliki."
Namun, Kai menggelengkan kepalanya. "Tidak, Aiden," katanya. "Kau tidak mengerti. Lebih baik mengakhirinya sekarang. Lebih baik lenyap daripada menjadi monster atau menyaksikan teman-teman kita mati."