Guru Lumari memberikan pujian atas keberhasilan misi mereka, sebuah apresiasi yang terasa bagaikan oase di tengah gurun emosi yang mereka rasakan. "Kalian telah melakukan pekerjaan yang sangat baik di planet Lukas," katanya dengan nada yang langka, penuh penghargaan. "Kalian telah membantu banyak orang."
Aiden dan teman-temannya merasa lega dan senang telah berhasil menjalankan tugas mereka, namun di balik senyum itu, duka atas kepergian Kai masih membekas.
Hari-hari berikutnya diisi dengan latihan dan pembelajaran seperti biasa. Namun, ada yang berbeda dengan Ray. Ia tampak lebih pendiam dan murung dari biasanya, menarik diri dari percakapan dan interaksi.
Lalu Aiden, Zara, dan Ray bergabung dalam kegiatan waktu libur mereka, tapi Ray tidak terlalu bersemangat seperti sebelumnya. Ia hanya tersenyum kecil, senyuman yang terasa hampa, sebuah kebohongan yang menutupi kemurungannya.
Saat itu, Ray bertanya tentang apa yang Aiden lakukan di planet Nibiru, sebuah pertanyaan yang tiba-tiba dan menusuk. "Apa yang kamu lakukan di planet Nibiru?" tanya Ray, tatapannya lekat.
"Dan mengapa kami temukanmu dipatung tanpa kepala dan lengan?" lanjutnya, sebuah pertanyaan yang membuat Aiden terkejut.
"Tidak apa-apa, mungkin cuma pingsan karena oksigen di sana sedikit," bohong Aiden, berusaha mengabaikan firasat buruk yang merayap di hatinya.
"Kenapa mereka bilang patung itu tanpa kepala padahal itu patung dengan wajah diriku?" batin Aiden, kebingungan menyelimuti pikirannya.
Aiden tidak memperdulikan hal itu dan lanjut mengikuti kegiatan libur mereka, mencoba melarikan diri dari pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu.
Suatu malam, Aiden bermimpi aneh. Ia kembali bertemu dengan malaikat sangkakala yang pernah ia lihat di mimpinya. Namun, kali ini, malaikat itu tidak hanya memberikan pesan, ia mencoba mengambil alih tubuh Aiden. Sebuah perasaan gelap dan mengerikan menyelimuti Aiden dalam mimpinya, sebuah pertempuran batin yang tak terhindarkan.
Malaikat itu berbisik, suaranya menggema. "Tuhan adalah sesuatu yang paling berkuasa."
"Kita tidak memiliki kehendak bebas oleh karena yang maha kuasa, karena itu kita terkenang oleh takdir yang tidak bisa diubah."