Nova

cuilan debu
Chapter #4

Idealisme Mimpi

“Kalo jawaban ada kata “sih”-nya berarti ada tapinya,” kataku.

Kak Nova mendengus tertawa getir, “Aku cuma kadang kepikiran kalo dulu aku jadi masuk sekolah kedinasan pasti nasib aku jauh lebih pasti karena bisa langsung dapet pekerjaan kan, sementara sekarang bahkan abis aku abis lulus S2 ini masih belum kebayang mau ke mana.”

Aku memahami perasaannya. Sungguh. Perasaan seperti itu kadang juga menyusup di dalam hatiku ketika mengingat bujukan guru sekolahku untuk masuk sekolah kedinasan mengikuti jejak anaknya yang setelah lulus langsung menjadi pegawai.

“Tapi mengikuti pilihan hati dan memperjuangkan impian bukan hal yang salah kan?” kataku. Terdengar sengat idealis mungkin baginya, seolah semua mimpi bisa diperjuangkan dan pasti tercapai.

Kak Nova hanya mengangkat bahu. Aku tidak tahu harus mengatakan apa ketika menemui seseorang berada di ambang penyesalan. Memang kak Nova tidak sepenuhnya menyesal, tapi sedikit pikiran pengandaian sudah cukup untuk memantik rasa sesal menurutku. Aku tidak ingin bilang semuanya akan baik-baik saja karena aku tidak bisa menjamin itu terjadi.

Lihat selengkapnya