Nova

cuilan debu
Chapter #13

Terabaikan

Hari ini jin yang sama merasuki diriku lagi untuk membuat brownies dan diberikan pada kak Nova. Aku mengingat hari ini hari terakhir kak Nova ujian tengah semester dan segera meniatkan diri membuat brownies untuknya, berharap akhirnya ia bisa merasakan brownies buatanku.

Pagi-pagi sekali aku sudah bersiap membersihkan kamar kemudian mulai membuat brownies. Salah satu hal yang paling aku senangi adalah memasak, terutama sayuran mulai dari tumis atau sop. Membuat roti – aneh kalau kukatakan memasak roti – juga sangat aku suka tapi keterbatasan alat membuatku tidak dapat melakukannya.

Satu-satunya alat yang kuandalkan adalah rice cooker yang kugunakan untuk menanak nasi sekaligus bereksperimen mambuat brownies kukus. Hasilnya cukup lumayan, beberapa kali aku mencobanya sekaligus mencatat takaran tiap bahan untuk evaluasi jika akan membuat lagi.

Pagi ini sepertinya aku berhasil lagi membuat brownies dengan takaran yang pas, sehingga matang sempurna dan teksturnya sangat lembut. Aromanya harum bukan main, membuatku semakin bangga dan yakin untuk memberikannya pada kak Nova. Aku memotong menjadi beberapa bagian dan menyisakan sedikit untukku coba, kemudian memasukkan ke dalam wadah plastik dan menghiasnya dengan taburan bubuk cokelat dan choco chips berwarna.

Di bagian tutup aku menempelkan sticky notes dan menuliskan 100% made of love meski kemudian menyadari itu begitu alay tapi aku berhenti memikirkan dan mengambil beberapa foto kemudian mengemas ke dalam tote bag kecil.

Tiba-tiba aku teringat pertanyaannya di hari pertama kami pergi berdua naik bus. Tidak ada angin atau hujan, kak Nova saat itu menanyakan padaku jika dekat dengan seseorang apakah orientasinya berakhir di pernikahan. Saat itu aku cukup terkejut mendengar pertanyaanya karena aku sama sekali belum berpikiran hingga ke sana.

“Soalnya aku kalo deket sama orang, ya orientasinya buat nikah,” lagi-lagi aku cukup terkejut mendengar pernyataannya yang tentu saja tidak salah.

“Emm… ya sama,” jawabanku saat itu sepenuhnya keraguan.

Hari ini aku tidak ada kelas dan benar-benar pergi ke kampus untuk memberikan brownies ini pada kak Nova. Sebelum menunggunya di luar gedung jurusan, aku pergi membeli susu kotak yang kusatukan dengan brownies, kemudian berjalan dan duduk menunggu. Aku tahu ia akan selesai pukul setengah empat dan mungkin akan keluar beberapa saat kemudian. Saat ini pukul tiga dan sambil menunggu, aku membaca buku yang kubawa dari kos.

Menjelang setengah empat, aku menghentikan baca buku dan mengamati pintu keluar gedung agar tidak melewatkan kak Nova. Aku berharap saat ia keluar, keadaan tidak ramai sehingga aku bisa memberikan tote bag tanpa dilihat banyak mahasiswa. Kulihat seorang kakak tingkat, teman kak Nova yang datang dan menyapaku singkat kemudian bertemu dengan teman kak Nova lainnya yang baru keluar dari gedung. Kak Nova masih belum terlihat.

Aku menyapa mereka dan mereka saling bercakap-cakap singkat. Tak lama, teman kak Nova yang tadi datang pergi ke gedung jurusan sementara teman kak Nova yang tadi keluar masih di situ, menanyaiku apa yang sedang kulakukan dan kukatakan sedang duduk saja.

Kak Nova keluar beberapa saat kemudian, memegang ponselnya dan terlihat menelepon. Ia sudah melihatku, dan aku memasang wajah seolah berkata “Aku ada perlu bentar” tapi sepertinya ia tidak menangkap maksudku.

Lihat selengkapnya