Novelis dan Kakeknya

Emil WE
Chapter #4

PULANG

Beberapa tahun kemudian, Kakek menderita sakit. Sakitnya kurasa parah karena Kakek tak pernah sakit terus-menerus selang dua minggu lamanya. Punggungnya terus berguncang karena batuk. Keriput di wajahnya kian jelas. Namun yang kutakjub, di tengah fisiknya yang melemah, wajahnya seolah memancarkan cahaya, tak nampak sedikitpun kekhawatiran ataupun kemurungan seperti sebelum menunaikan shalat lima waktu. Bahkan, selama beliau mampu bangkit, Kakek memohon padaku agar menuntunnya ke surau. Ustad Basyar sempat mencegahnya ke masjid, beliau tak tega dengan kondisi Kakek yang acapkali memaksakan diri. Namun Kakek mengatakan jika ia ingin menjaga janjinya dengan Tuhan. Ia tak ingin mencederai perdamaiannya dengan Tuhan.

“Saya mesti menunjukkan niatan yang baik kepada Gusti Allah.” Begitu kata Kakek.

“Tapi panjengengan sudah berlebihan,” timpal Ustad Basyar.

“Biarlah, Ustad. Biar kali ini masa lalu saya tebus sepenuh hati, saya tak mungkin mengingkari jika umur saya seperti daun layu yang siap jatuh. Lantas kapan lagi jika tidak sekarang. Saya khawatir kesempatan ini adalah kesempatan terakhir buat saya.” Begitu kata Kakek.

Kakekku, lelaki tua yang menyayangiku, yang bermata menyipit seperti daun belimbing, yang bertubuh kurus, tinggi cenderung melengkung, menemui Tuhannya di usianya ke 79, di surau, di kala sujud, di saat berjamaah shalat subuh. Aku menangis, Ustad Basyar menangis, seluruh jamaah menangis. Saat itulah kurasa hidupku kian sepi. Namun ketika itu Ustad Basyar memelukku dan menatapku haru.

“Kunadi, Kakekmu telah berpulang. Percayalah dengan niat baik Tuhan bahwa kakekmu telah cukup mendidikmu.”

“Iya, Ustad.”

“Kakekmu orang baik. Dia akan terus dikenal sebagai lelaki yang baik.”

“Iya, Ustad.”

“Hidayah memang datang dari langit, bisa lewat proses panjang, bisa lewat jalan singkat. Kakekmu dulu pernah bercerita padaku jika kamu memaksanya menceritakan kisah Nabi Sulaiman. Ketahuilah, Kun. Saat itu Kakekmu bersedih, ia tak bisa menceritakan kisah para nabi kepadamu lantaran ia tak tahu.” Ustad Basyar menarik nafas. Ingatanku menaut peristiwa beberapa tahun yang lalu.

“Ia kemudian menemuiku, Kun. Meminta diceritakan kisah para nabi yang belum kuceritakan kepadamu, mungkin karena kisah-kisah itu dia tergugah." ucap Ustad Basyar.

Lihat selengkapnya