Suasana kantin begitu ramai. Tak sedikit orang yang berteriak dari meja yang satu ke meja yang lain. Di tengah hiruk-pikuk orang-orang yang berlalu lalang membawa makanan, Alena hanya mengaduk-aduk mie goreng di hadapannya. Sudah 15 menit ia duduk di sana, sehingga mustahil jika mi goreng itu masih panas hingga sekarang.
Sesekali ia melihat ke sekitar. Kemudian kembali melihat hidangan di hadapannya, mengaduk-aduk mi goreng itu seakan tak berselera untuk menikmatinya. Dania yang duduk di depannya, menatap penuh tanda tanya. Sembari sesekali menyuapkan bakso ke dalam mulut. Dania hampir menghabiskan dua mangkuk bakso saat seorang siswa menghampiri meja mereka. Masih ada satu kursi kosong, di sebelah Dania. Lantas siswa itu duduk di sana setelah bertanya lebih dulu.
Dania yang sedari tadi makan dengan rakus, berubah santai dan sangat feminin. Ia menjaga cara makan dan posisi duduknya. Ia berlagak layaknya gadis cantik keturunan bangsawan yang menikmati hidangan istimewa dalam sebuah jamuan makan. Selvi yang duduk di sebelah Alena berusaha menahan tawa dengan mulut penuh nasi goreng. Sedikit lagi, ia bisa memuntahkan nasi itu ke wajah Dania.
Alena yang sedari tadi melamun, menghentikan tingkah anehnya. Ia menatap Nevo sekilas, kemudian mengalihkan padangan ke sekitar kantin sebelum Nevo berbalik menatapnya. Ia tidak suka saat mata mereka berserobok. Seakan tatapan Nevo yang memikat itu bisa melukai batinnya.
Sejujurnya Alena tidak ingin berada di sana. Bukan karena takut bertemu dengan Nevo, tetapi karena ia ingin sendiri. Memulihkan diri di ruangan yang tenang. Namun, ia terpaksa mengalah saat Dania berusaha menarik tangannya, juga Selvi yang membujuknya agar ikut ke kantin.
Matanya berhenti pada satu arah, ke meja paling ujung. Ia melihat Billy tengah asyik mengobrol dengan teman sekelasnya. Tanpa ia duga, Billy melihat ke arahnya, kemudian tersenyum. Buru-buru Alena mengalihkan pandangan ke depan. Lagi-lagi, matanya berserobok dengan mata Nevo yang menatapnya serius.
Sepertinya siswa idaman para siswi itu memperhatikan dirinya sedari tadi. Selvi menatap Alena, kemudian Rival secara bergantian. Sementara Dania berusaha untuk tetap tersenyum, menahan diri untuk tidak menyantap bakso di mangkunya dengan rakus. Demi seorang Nevo, ia rela menahan gejolak di perutnya.
“Ehem, awas jatuh cinta,” kata Selvi menyindir.
Alena yang menyadari maksud ucapan Selvi, buru-buru meminum teh obeng di hadapannya. Ia menenggak sampai tersisa setengah. Selvi menyadari kegugupan Alena, kemudian kembali menyindir.
“Nggak usah segitunya juga, Len,” katanya sembari terkekeh. Siswi kelas XI IPA 2 itu kembali menyendokkan nasi goreng ke mulut, sembari menatap ke arah Nevo yang tersipu malu atas sindirannya.
Dania yang sudah tidak tahan, menggeser posisi duduk lebih dekat dengan Nevo, kemudian meneguk teh obeng hingga tandas. Sesaat kemudian, ia menarik satu helaan napas.