Tampak Selvi di ruangannya sedang melamun sambil mengeluarkan air matanya. Ia masih mengenang kejadian kemarin dimana ia melihat mas Yudi kekasihnya sedang membonceng Tiara sahabatnya. Pikirannya berkecamuk. Mengapa mas Yudi tega mengkhianati cintanya dan mengapa harus dengan sahabatnya.
Tok⦠tok..
Bunyi pintu ruangan Selvi diketuk dari luar. Ia pun mempersilakan orang yang mengetuk untuk masuk ke ruangannya. Ternyata Wati sekretarisnya.
"Permisi bu, saya mau menyampaikan kalau siang ini ibu ada pertemuan dengan klien. Saya membawakan draft untuk kontrak kerjasama perusahaan kita dengan klien," kata Wati sambil mengasihkan file yang ia bawa kepada Selvi.
"Baiklah, Wati."
"Mohon maaf bu, saya lihat wajah ibu seperti habis menangis. Apakah ada yang salah?" tanya Wati.
"Oh⦠ini tadi saya habis mengucek mata karena tadi saya rasa ada yang masuk di mata saya," jawab Selvi sekenanya.
"Kalau begitu biar saya bawakan obat tetes mata buat ibu," ucap Wati.
"Nggak usah Wati. Nggak apa-apa kok. Oh ya, jam berapa saya bertemu klien hari ini?"Β
"Jam 1 siang ini bu."
"Oke. Nanti kamu temani saya ya!"
"Baik bu. Kalau begitu saya mohon ijin melanjutkan pekerjaan saya kembali," ucap Wati dibalas dengan anggukkan kepala Selvi.
Selvi pun mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Riana,
π"Halo Selβ¦"
π"Halo Ri, nanti sore aku mampir ya ke coffeeshop mu sehabis aku bertemu klien."
π"Lah, kalau mau mampir silakan mampir saja Sel. Kayak orang lain saja. Lagian ada Mira juga kan."
π"Ada yang mau aku omongin. Penting!"
π"Kenapa nggak di omongkan di telepon?"
π"Nanti saja, sewaktu aku disana."
π"Oke, Sel. Aku hari ini stand by di coffee shop juga sampai malam."
π"Thanks Ri. Ketemu sore ya."
π"Oke, Sel."
Telepon pun ditutup oleh Selvi. Ia pun beranjak keluar dan mendatangi meja Wati sekretarisnya.
"Wati.."
"Iya bu."
"Kita jalan sekarang sekalian makan siang dulu."
"Baik bu."
Mereka pun meninggalkan kantor menuju mobil Selvi.
***