Nur AI

Shabrina Farha Nisa
Chapter #11

Riak setelah Badai

Saat moderator menutup forum diskusi malam itu, suasana di Aula Masjid Al-Ikhlas masih terasa kental dengan ketegangan. Udara seolah bergetar oleh sisa-sisa argumen yang baru saja beradu. Begitu lampu aula sedikit diterangkan, orang-orang mulai beranjak, tetapi tidak langsung bubar. Mereka membentuk kelompok-kelompok kecil, berbisik-bisik, wajah-wajah menunjukkan berbagai ekspresi: kaget, kagum, bingung, tak setuju, atau termenung dalam.

Alex, masih berdiri di dekat mimbar tempat ia tadi berbicara, merasakan kakinya sedikit lemas. Adrenalin yang tadi memompanya kini mulai surut, menyisakan kelelahan, tetapi juga kelegaan yang aneh. Arif dan beberapa teman yang sepemikiran langsung menghampirinya, menepuk-nepuk bahunya, wajah mereka berseri-seri.

"Gila, Lex! Lo keren banget!" seru Arif, matanya berbinar. "Gue nggak nyangka lo bakal seberani dan sejelas itu!"

"Tadi itu ... sesuatu banget, Lex," tambah Ranti, salah satu mahasiswi yang sering ikut diskusi mereka. "Banyak yang pasti kebuka pikirannya."

Namun, tidak semua reaksi positif. Dari sudut matanya, Alex melihat Ustaz Kaku turun dari panggung dengan wajah yang masih kaku dan merah. Beberapa jamaah senior mengelilinginya, tampak berusaha menenangkan atau mungkin justru mengompori. Tatapan mereka yang melintas ke arah Alex terasa dingin dan penuh penghakiman. Alex menelan ludah, sadar bahwa apa yang ia lakukan malam ini pasti akan ada konsekuensinya.

Dalam perjalanan pulang, dibonceng Arif, angin malam terasa sejuk di wajah Alex.

"Gimana perasaan lo, Lex?" tanya Arif, sedikit berteriak melawan deru motor.

"Campur aduk, Rif," jawab Alex. "Lega karena udah ngomongin apa yang gue yakini. Tapi juga sedikit ... khawatir. Lo lihat kan tadi muka Ustaz Kaku?"

"Hahaha, iya sih. Kayak banteng mau nyeruduk. Tapi lo udah bener, Lex. Apa yang lo omongin itu logis dan nyentuh. Biarin aja mereka mikir. Toh, kebenaran nggak bisa disembunyiin terus, kan?"

Keesokan harinya, "insiden" di forum diskusi itu menjadi topik hangat di komplek dan di kalangan mahasiswa yang tahu. Ponsel Alex tak henti-hentinya bergetar. Banyak pesan masuk dari teman-teman seangkatannya, bahkan dari beberapa senior dan junior. Sebagian besar memberikan dukungan dan pujian atas keberaniannya. Beberapa lainnya penasaran, ingin tahu lebih banyak tentang apa yang Alex pahami, ingin berdiskusi lebih lanjut.

"Lex, kapan kita bisa ngobrol lagi? Penjelasan lo semalem soal makna hidup itu ngena banget."

Lihat selengkapnya