Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Awalnya, saya hanya mengenal sosok Nurdin Abdullah sebagai dosen yang memperoleh gelar doktornya di Jepang, tidak berbeda pada kebanyakan dosen yang juga menempuh pendidikan di luar negeri. Demikian pula, ketika Nurdin Abdullah memperoleh gelar profesornya, tidak ada yang istimewa, karena sebagai orang akademik itu sudah lumrah. Setiap dosen memiliki kesempatan untuk meraihnya, hanya saja masalah waktu. Saya juga tidak banyak tahu seluk beluk perusahaan bernama Maruki yang didirikannnya.
Saat Nurdin Abdullah menjadi Bupati Bantaeng pada 2008, memang sesuatu yang membanggakan bagi almamaternya di Universitas Hasanuddin (Unhas). Meskipun dosen dari Unhas yang menjadi pejabat di pemerintahan, bukanlah sesuatu yang baru. Sebelumnya, ada beberapa dosen dari Unhas telah duduk di pemerintahan sebagai pejabat. Sebut saja, Amiruddin, Radi Gani, dan Basri Hasanuddin.
Kemudian, ketika Nurdin Abdullah duduk sebagai Bupati, saya jarang mendengarkan kiprahnya maupun prestasi-prestasi yang diraihnya sehingga kesan saya terhadap Nurdin Abdullah biasa saja. Mungkin juga, karena saya sedikit alergi kalau membaca berita-berita seremonial pejabat. Apalagi, kalau pejabat itu dari daerah, “kesan saya, hanya pencitraan” atau, paling banter, berita pejabat dijebloskan ke penjara karena kasus korupsi.
Namun, dengan bergulirnya waktu, saya makin sering mendengar nama Nurdin Abdullah yang menjadi bahan pemberitaan atas keberhasilannya mengubah Kabupaten Bantaeng menjadi daerah yang sukses dalam berbagai sektor pembangunan. Kiprahnya telah membuat Bantaeng menjadi mentereng dan dikenal hingga ke berbagai pelosok Indonesia.
Secara tidak sengaja, saya sering mengikuti jika Nurdin Abdullah tampil sebagai narasumber ataupun bintang tamu dalam berbagai acara di beberapa televisi swasta nasional. Saya mulai bertanya dalam hati, apa gerangan yang dilakukan Nurdin Abdullah sehingga membuat daerah Bantaeng begitu populer?
Rasa penasaran saya ingin mengenal Nurdin Abdullah semakin kuat, ketika ia tampil dalam satu acara talk show bersama Habibie di televisi, dengan pernyataannya:
“Saya ini seorang pengusaha dan akademis, tidak memiliki bakat dalam politik. Namun, rakyat Bantaeng memaksakan saya menjadi seorang Bupati. Bahkan, Profesor saya di Jepang pun marah ketika mengetahui, saya akan maju menjadi Bupati.”
Pernyataan tersebut membuat saya terkesima! Saya makin tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang sosok Nurdin Abdullah. Siapa dia?
Saya mulai menelusuri. Akhirnya, saya banyak mengetahui sepak terjang Nurdin Abdullah dalam menduduki posisi nomor satu di Bantaeng dan merupakan satu-satunya Bupati yang bergelar profesor di Indonesia. Maka, tak heranlah, jika Nurdin Abdullah disebut sebagai Bupati tercerdas di Indonesia. Di sini pula, saya baru mengetahui, Nurdin Abdullah adalah seorang pengusaha sukses yang menjadi Presiden Direktur di empat perusahaan PMA Jepang.