Ny. Prasangka

IyoniAe
Chapter #14

Bab Empatbelas

Mas Al tidak tayang malam ini. Sebagai gantinya ada acara musik. Acara itu diseponsori oleh sebuah marketplace terkenal di Indonesia. Semua chanel menayangkan hal yang sama. Mak Rodiah sampai bingung mau nonton yang mana.

Akhirnya, ia malah membiarkan televisinya menyala tanpa penonton. Ia menyiapkan baju yang akan dipakainya besok ke rumah kakak Arini. Tadi, dia sudah mengirim pesan kepada Gugun Ojek alamat rumah kakak Arini. Mereka sudah sepakat tentang harga maupun waktu. Meski belum meminta izin Lanang, ia yakin besok bisa pergi. Toh, besok Lanang pasti kerja.

Mak Rodiah sedang sendiri di rumah. Anak dan mantunya pergi ke mal sejak sore tadi. Awalnya, Lanang mengajak Ratih berobat ke dokter, tetapi mantunya itu menolak. Katanya, ia sudah sembuh. Padahal, wajah Ratih masih tampak sedikit pucat. Mak Rodiah segera paham.

“Udah, sana, ajak jalan-jalan. Itu sakit bukan jenis sakit yang butuh obat, tapi represing. Ngaku aja, ngaku,” katanya menggoda. Mak Rodiah terkiki sendiri. Ia ingat dirinya juga begitu dulu, ketika menjadi pengantin baru. Lagi pula, jalan-jalan berdua bersama istri penting untuk meningkatkan suasana hati Lanang. Kalau suasana hati anaknya baik, tentu izin pergi ke kampungnya Arini pun semudah makan sosis, tinggal lep!

Walau dengan sedikit drama, rayuan plus paksaan pura-pura, akhirnya mereka pergi. Mak Rodiah ditinggal sendiri di rumah. Dia tak keberatan, sungguh. Hanya saja, kok rasanya lama sekali.Sudah tiga jam berlalu, mereka belum kembali.

Senja berubah menjadi petang lalu ke malam. Mak Rodiah makan malam sendirian. Kalau sedang sendiri begitu, ia merasa takut. Ia takut kesepian. Ia bahkan menambah volume televisi meski tidak menontonnya supaya tidak sepi. Namun, hal itu tak juga membuatnya tenang. Ia kemudian mencari kesibukan, mengisi pikiran-pikirannya dengan rencana untuk besok.

Setelah menyiapkan baju, ia mencatat pertanyaan-pertanyaan yang harus ia utarakan kepada kakak Arini. Sampai pada pertanyaan ke-20, terdengar suara mobil berhenti di depan rumahnya. Mak Rodiah menyimpan hasil catatannya ke tas yang akan dipakainya besok. Ia lalu membuka pintu, bertepatan dengan Lanang yang selesai memarkir mobilnya.

Mak Rodiah mengernyit ketika melihat anak dan mantunya turun dari mobil. Namun, bukannya cerah, raut wajah Lanang malah muram.

“Ada apa, sih?” Mak Rodiah yang penasaran menyenggol Ratih dengan sikunya ketika lewat. Lanang sudah mengeluyur ke kamar.

Sang menantu mengernyit. “Ada apa? Lha emang, ada apa, Mak?”

“Kok, Lanang cemberut gitu?” tuntut Mak Rodiah.

Lihat selengkapnya