Dua pasang mata tengah mengawasi Mak Rodiah yang tertunduk di sofa. Televisi layar datar di depannya mati. Lampu ruangan menyorotnya tanpa ampun. Matanya basah oleh air mata. Ia menggigit bibir bawahnya, menahan isak. Jemarinya sibuk meremas daster yang dikenakan. Pandangannya ke bawah, ke kaki-kakinya yang saling menginjak jempol satu sama lain. Ia takut. Ia tak mau anaknya pergi meninggalkannya sendiri di rumah itu.
“Maaf, Nang,” katanya lirih. “Aku nggak bermaksud mempermalukanmu. Sungguh!”
Lanang yang berdiri berkacak pinggang di hadapannya tampak marah. Matanya menghujam sosok sang ibu. Ia bertanya, “Apa yang Emak lakukan di rumah Ilham?”
Mak Rodiah terisak. Ia membersit hidungnya dengan kerah daster. Meski begitu, ia malah bungkam.
“Jawab, Mak!” tuntut Lanang meninggikan suara.
Tersentak, Mak Rodiah menjawab, “Aku mencari Arini.”
“Mencari Arini? Malam-malam begini?” Lanang tak habis pikir. Ia melempar tangannya ke udara dan mendengkus kesal.
Ratih yang duduk di pinggiran sofa mendelik. Ia tak pernah melihat suaminya marah. Selama ini Lanang selalu tampak lemah dan mengalah. Tetapi tadi, ketika membisikkan sesuatu ke telinga Ilham hingga membuat lelaki itu marah, Ratih merinding. Sebenarnya, apa yang dibisikkan sang suami? Ratih penasaran. Tetapi, lebih baik ia tidak bertanya. Ia takut. Bahkan kini, saat Lanang meminta penjelasan kepada Mak Rodiah, ia hanya bisa memandang mertuanya dengan perasaan iba.
“Arini menghilang,” cetus Mak Rodiah kemudian. “Sejak malam Selasa kemarin, dia menghilang. Aku khawatir.”
“Ya, kalau begitu lapor ke polisi, bukannya malah mengendap-endap ke rumah orang!” ujar Lanang.
“Mas,” panggil Ratih ragu-ragu. “Arini nggak hilang, kok.” Ratih melirik mertuanya kemudian melanjutkan, “Dia kabur.”
Mak Rodiah menggeleng kuat-kuat. “Enggak! Itu bohong! Arini nggak kabur. Aku tahu. Aku sudah—”
“Mak,” panggil Ratih lembut. Ia memberi isyarat dengan gelengan kecil. Kemudian, ia mendongak menatap sang suami. “Sudah ya, Mas. Sebaiknya kita istirahat saja. Sudah malam. Lagi pula, masalahnya kan udah selesai. Aku yakin semua ini cuma kesalahpahaman aja, kok.”