Ny. Prasangka

IyoniAe
Chapter #33

Tigapuluh Tiga

Mak Rodiah berdebar ketika mengintip dari balik jendela. Di depan rumahnya terparkir sebuah mobil polisi. Meski pengendara mobil tersebut belum keluar, tubuh Mak Rodiah gemetaran. Ia gentar. Pikiran buruk berkecamuk dalam benaknya.

Mungkinkah polisi itu datang untuk menangkapnya atas laporan dari Ilham? Atau malah lebih buruk lagi. Jasad Arini telah ditemukan dan mereka datang untuk memeriksa. Atau jangan-jangan, mereka sudah tahu kalau Lanang pelakunya, kemudian datang ke sini untuk menangkapnya?

"Ya Allah ...." Darah Mak Rodiah seakan surut secara tiba-tiba. Wajahnya pucat pasi.

Jantung Mak Rodiah seakan mau copot ketika satu mobil lain datang. Mobil tersebut berupa minivan, bercat putih. Di badan mobil bertuliskan Komnas Perlindungan Perempuan dan Anak. Beberapa orang turun dengan langkah mantap. Mereka bercakap sebentar sebelum dua orang polisi turun dari mobil, menghampiri mereka.

Warga yang penasaran mulai berdatangan. Mereka berdiri di seberang jalan, berkerumun, dan berbisik-bisik. Sebagian menuding-nudinh rumah Mak Rodiah.

Tak lama kemudian, tampak sang ketua RT. Dengan peci miringnya yang khas dia menyambut tamu-tamu komplek. Dia bercakap sebentar dengan mereka sembari sesekali mengangguk, sebelum beranjak.

Habis sudah, batin Mak Rodiah ketakutan. Ia belum menghilangkan bukti kejahatan sang anak. Baju Arini masih tersimpan di lemarinya. Seandainya para polisi itu menggeledah, mereka pasti bakal menemukannya. Dan hal itu mampu menjerat Lanang ke penjara. Atau malah, mereka bakal menuduhnya. Sidik jarinya pasti ada pada baju tersebut.

Wanita tua itu tak mampu menatap para algojo yang mendekati gerbangnya. Ia menunduk pasrah. Baginya lebih baik ia yang dipenjara alih-alih sang anak. Toh, umurnya paling tidak lama.

Teralis gerbangnya diketuk. Lutut Mak Rodiah gemetaran. Tak lama kemudian, suara gesekan teralis terdengar. Para polisi pasti sudah membuka gerbang, dan kini berjalan di halaman, pikirnya. Tak lama kemudian, pintu rumahnya diketuk. Dengan langkah berat, Mak Rodiah menuju pintu. Ia menelan ludah dengan susah payah sebelum membukanya. Matanya terbelalak ketika melihat si pengetuk.

"Loh, Bu Yayuk? Ngapain--"

"Ssst!" Bu Yayuk menarik Mak Rodiah keluar, bergabung dengan Bu Sandiman, Sulis, dan warga lain yang mengintip dari celah beton pemisah halaman rumah Mak Rodiah dan rumah Arini. "Jangan di rumah terus, Mak. Sini, ikut kepoin Ilham. Ada masalah apa ya, kok sampai didatangi polisi dan Komnas Perlindungan?"

Bisik-bisik terdengar dari warga yang penasaran. Berbagai spekulasi terbentuk. Mulai dari Ilham yang mungkin menabrak anak orang sampai dia yang mungkin mata-mata dari Korea Utara.

Untuk sejenak Mak Rodiah bingung. Namun, ketika sadar bahwa polisi dan orang-orang dari dinas tadi tidak ke rumahnya melainkan ke rumah tetangganya, ia lega. Ia menghela napas panjang sebelum rasa penasaran menguasainya. Ia ikut mengintip bersama Bu Yayuk dan warga lainnya.

Saat hendak mengambil kursi untuk pijakan agar dapat mengintip lebih banyak, mobil MPV putih berhenti di depan rumah Ilham. Mata Mak Rodiah membelalak ketika Lanang turun dari mobil tersebut. Dia datang tak sendiri. Seorang wanita bersamanya. Bukan Ratih, melainkan wanita lain. Mereka masuk ke rumah Ilham.

"Arini," bisik warga yang mengintip. "Itu Arini, kan?"

"Iya, tapi kok sama Lanang?" celetuk Sulis. Semua pasang mata kini trrtuju pada Mak Rodiah, seolah meminta penjelasan.

Wanita tua itu hanya bisa menggeleng. Ia sama terkejut dan bingungnya dengan mereka. Bahkan, lebih terkejut dari mereka. Ia pikir, Arini telah mati, dibunuh oleh Lanang. Tetapi .... Mak Rodiah hampir-hampir tak percaya dengan penglihatannya.

Sekali lagi, spekulasi berkembang dari mata-mata yang penasaran. Mereka berkhasak-khusuk, membahas kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Selang beberapa waktu kemudian, para polisi keluar. Mereka mengapit Ilham yang raut mukanya tampak kesal sekaligus tertekan. Tangan Ilham tertaut ke depan, dengan jaket tersampir di pergelangan tangannya.

"Diborgol tuh, pasti," sahut Sulis yakin.

"Ilham ditangkap polis," Bu Yayuk bertanya, "kenapa?"

"Jangan-jangan, bener katamu, Mak," ujar Bu Sandiman tiba-tiba. "Ilham nyakitin Arini. Dia KDRT sama istrinya. Makanya dinas perlindungan datang."

Lihat selengkapnya