Ny. Prasangka

IyoniAe
Chapter #35

Tigapuluh Lima

"Kenapa, Nang?" Mak Rodiah menuntut jawaban. "Kamu tahu betapa sakitnya hati Emak kamu tinggalin." Ia memukul-mukul dadanya sebagai luapan emosi.

Raut wajah Arini menjadi iba. Ia ikut mempertanyakan keputusan Lanang. "Iya, lho, Mas. Kenapa lebih memilih mempertahankan Ratih? Kasihan Mak Ro sampeyan tinggal."

Lanang mendesah, tampak menyerah. "Apa Emak ingat alasan aku minggat dari rumah dulu, waktu masih kuliah?"

Mak Rodiah tak pernah melupakannya. "Kamu marah sama Emak karena mengutak-atik hapemu, kan?"

Lanang memutar bola mata. "Bukan itu," sanggahnya. “Aku nggak mau pulang karena malu."

Kening Mak Rodiah mengernyit. "Malu? Malu kenapa?"

Lanang menjelaskan, "Alasan utamanya, aku nggak mau Emak tahu obat apa yang kukonsumsi.”

Mulut Mak Rodiah menganga. “Kamu benar-benar pakai narkoba?”

Anaknya itu mendecakkan lidah. “Bukan, Mak," jawabnya berusaha sabar. "Bisa nggak sih, Emak nggak langsung berprasangka dulu?”

“Lalu apa?” Mak Rodiah tak sabar.

“Waktu kuliah—apa Emak ingat teman kuliahku yang bernama Beni?”

Mak Rodiah menggeleng. “Aku ingat wajah-wajah mereka, tetapi nggak ingat nama-nama mereka.”

“Beni, Beni! Itu, lho, yang bapaknya dokter.”

“Oh! Yang itu. Ya, aku ingat. Kenapa?”

“Dialah yang kumintai obat. Sebenarnya, bukan obat, melainkan vitamin. Beni ngambil jurusan kedokteran. Suatu hari, dia minta contoh sperma untuk bahan praktek. Sebagai teman, aku bersedia nolong. Dia periksa spermaku. Singkat cerita, Beni mengabarkan sperma milikku kurang subur. Jumlahnya terlalu sedikit. Makanya, aku dianjurkan berkonsultasi dengan ayahnya. Beliau memberiku vitamin. Katanya, mumpung masih muda, masih bisa diatasi. Maka dari itu, setiap obatku habis, aku minta Beni supaya membawanya ke kampus dan kubayar pas ketemu. Nah, pesan waktu aku minta obat itulah yang Emak baca. Aku nggak mau menjelaskannya karena malu. Kalau tetap di rumah, Emak bakal nyecar aku terus. Jadinya aku milih minggat.”

Mak Rodiah hampir-hampir tak percaya dengan pendengarannya. "Kamu mandul?"

Lanang menghela napas berat. "Bukan mandul, Mak. Spermanya sedikit."

Wanita tua itu mengibaskan tangan. "Terus, apa Ratih tahu kalau punyamu lemah?”

"Punya Lanang nggak lemah, Mak. Sper—”

"Ya, ya, pokoknya itulah. Ratih tahu, nggak?" Mak Rodiah tak bisa menahan rasa penasarannya. Selama ini dia membawa Ratih ke dokter, bahkan dukun. Dia pikir Ratihlah yang bermasalah, tetapi ternyata justru anaknya.

"Enggak," jawab sang anak. “Aku kalau periksa ke dokter selalu sendiri. Lagian, Ratih tahunya obat yang kukonsumsi itu vitamin, biar nggak capek.”

Lihat selengkapnya