"Seperti kata orang, pertemuan pertama itu akan menghadirkan teka teki baru tentang kamu" - Claire Mcqueen
Claire sibuk menikmati es krim yang ia beli di dekat rumahnya dan tanpa ia sadari sudah berjalan jauh dari rumah. Fokusnya berpindah saat mendengar ada cekcok di pinggir jalan.
"Lo yang ga becus jadi bapak gue. Katanya bapak, kerja nggak, mabuk iya." "Jangan lo pikir nyokap bahagia ya sama lo!" "Nggak pernah!"
"Anak kurang ajar lo!" Lelaki berbadan besar memukul lawan bicaranya, Abra Wicaksono, berkali-kali hingga babak belur.
Claire yang melihat kejadian itu kaget dan ingin mencoba menghampiri. "Kenapa ga dilawan?"
"Jangan ikut campur." Balas Abra singkat. Abra memang anak yang pendiam dan tidak ingin ada orang luar yang masuk ke kehidupannya. Ia selalu takut kalau orang akan menjauhinya jika tahu kehidupan keluarganya berantakan.
"But you are all mess! Kita ke rumahku dulu ya, aku obatin dulu." "Nanti lukanya infeksi." Claire merasa iba melihat keadaan laki-laki yang bahkan belum dikenalnya itu.
Claire mencoba menghubungi Bryan untuk menjemput Claire. "Bry, where are you? Would you mind to pick me up?"
"I am right behind you, Clay." Jawab Bryan yang memang daritadi sudah mengikuti Claire saat melihatnya berjalan sendirian di jalanan.
Bali memang masih ramai ketika malam hari, bahkan mungkin bisa menjadi salah satu kota sibuk di malam hari. Namun, Bryan tetap saja khawatir dengan Claire jika melihatnya malam-malam berada di jalanan.
"Bry, lets go home. Aku mau ngobatin dia." "Kasihan banget abis dipukuli sama orang."
"Ngga perlu sok peduli!" Abra mencoba pergi dari Claire dan Bryan. Keinginannya untuk pergi gagal karena kakinya sulit bergerak akibat dipukuli ayahnya dengan tongkat baseball.