Nyanyian Gerimis

Diah kurniawati Ade Tenu Kurnia
Chapter #5

#5 Ikhlas

"Ma?"

"Ah, sudah pulang, Sil?"

Aku mengangguk pelan. Mataku mengedari sekelilingku dengan rupa heran.

"Ma, kenapa tidur di sini?" tanyaku, begitu melihat perlengkapan tidur Mama di sofa. "Kenapa tidak tidur di kamar, Ma?"

"Mama menunggumu pulang, Sil," jawab Mama. "Tadi niat Mama ingin mencarimu. Tapi terus Mama jadi bingung sendiri, tidak tahu kau tadi pergi ke mana."

"Ma?" Aku menatap Mama dengan tatapan bersalah. "Seharusnya Mama istirahat saja di kamar. Tidak perlu menunggu Sisil pulang."

"Tapi Mama khawatir, Sil. Kau kan sudah lama tidak keluar sendirian."

Aku tersenyum.

"Kan aku pergi dengan Gisela, Ma."

"Iya Mama tahu. Tapi tetap saja sebelum kau pulang, Mama tidak bisa tidur."

"Maafkan Sisil ya, Ma."

Mama menggeleng.

"Tidak apa-apa, Sil. Sekarang Mama bisa tenang tidur. Tadi susah sekali, Sil. Mama takut terjadi apa-apa denganmu. Gisela mana?" tanya Mama, sambil melihat sekeliling ruangan.

"Gisela sudah ke atas, Ma. Tadi ingin mengucapkan salam, tapi takut mengganggu tidur Mama."

"Ya sudah kalau Gisela sudah di atas. Mama tidur dulu ya, Sil."

Aku mengangguk.

"Kau juga jangan lupa langsung ke atas. Istirahat ya, Sil."

"Ma," kejarku cepat, saat Mama sudah hampir menutup pintu kamarnya. Kucium kedua pipi Mama dan tersenyum. "Terima kasih sudah mencemaskan Sisil. Selamat malam, Ma."

"Selamat malam sayang."

Aku berjalan gontai ke arah sofa, ketika pintu kamar Mama benar-benar tertutup. Menyenderkan tubuhku yang terasa penat, ke atas sofa.

Aku menghela napas panjang. Memejamkan mata perlahan. Membiarkan butiran bening bergulir jatuh membasahi kedua pipi.

Mama, katakan padaku bagaimana caranya aku harus bertahan? keluhku getir. Haruskah aku terus mengalah? Tak bisakah aku juga meraih kebahagiaanku?

"Sil...."

Seseorang menepuk pundakku lembut. Aku terhenyak, begitu melihat Gisela duduk di sampingku dengan wajah cemas.

"Nih," Gisela menyodorkan beberapa helai tisu kepadaku.

Aku tersenyum tipis. Menyeka sisa-sisa air mata. Menatap Gisela penuh permohonan. Sungguh rasanya seluruh persendianku seperti terlepas dari tubuh. Ingin rasanya menghilang sementara ke dalam perut bumi.

"Kau ini.. pantesan dari tadi aku gelisah tidak bisa tidur. Kau menangis lagi rupanya. Jangan sok kuat lah. Tidak ada kok yang menyuruhmu untuk selalu keliatan baik-baik saja. Kau masih manusia kan, ya?" Gisela mengerutkan kening, menatapku dengan mata setengah memicing.

"Kau pikir aku robot?" dengusku.

"Jangan bilang kau alien yang menyamar jadi temanku."

Lihat selengkapnya