Flashback.
Memoar Gunther.
"Apa ada sesuatu yang menarik di atas sana?"
Gadis itu mengalihkan pandangan dan menatapnya dengan senyum di sudut bibir. Dia melangkahkan kaki, berjalan menghampiri. Menyenderkan tangan pada pagar balkon. Membalas tatapannya sesaat sebelum akhirnya mengalihkan tatapan ke arah langit.
"Belum tidur?" Tanyanya, tanpa mengalihkan pandangan. "Ada apa?"
Gadis itu, terdiam. Menatapnya tak mengerti.
"Jangan memandangku seperti itu. Nanti kau bisa jatuh cinta."
Gadis itu terpana. Tanpa sadar tersenyum. Mengalihkan tatapan kembali ke atas.
"Aku benar-benar iri dengan langit. Kau terpesona sekali."
"Dan kau... Mengapa akhir-akhir ini senang sekali merayu orang?" Senyum kecilnya terlihat. "Aku nggak mau fans-fansmu sampai mendengar. Bisa kena cakaran gadis-gadis pencemburu... Menyeramkan sekali, kan?" Wajahnya memperlihatkan orang yang ketakutan. Dia tertawa.
"Kau belum menjawab pertanyaanku."
"Yang mana?"
"Ada apa di atas sana?" Tunjuknya ke atas gelapnya malam. Menatap gadis itu, lembut.
"Heh?"
"Aku jadi ingin menggantikan langit."
"Kau apa?"
Dia tertawa.
"Kalau begitu menyenangkannya melihat langit sampai membuatmu nggak menyadari sekelilingmu, menyadari kehadiranku... Sejak tadi aku melihat dari jendela kamar loh." Gunther menatap gadis itu. "Dan karena kau nggak juga beranjak, maka kucoba melihat apa yang menarik di atas sana sampai kau betah berlama-lama di sini. Nggak kedinginan?"
"Kau melihatku sejak tadi?" Tanya gadis itu tak percaya.
Gunther tersenyum.
"Cukup lama, sampai membuat kantukku hilang.'
Gadis itu menatapnya dengan bola mata yang membesar. Dia tertawa. Tak sanggup melihat wajah yang merasa bersalah di depannya.
"Aku bercanda. Ya ampun, wajahmu serius sekali."
"Apa?"
Gunther menggeleng.
"Apa?" Tanya gadis itu lagi.
"Apanya?" Tanyanya balik.
"Sejak kapan begitu perhatian?"
"Kenapa?" Tatapnya dengan senyum. "Nggak boleh, ya?"
"Nggak lucu, Gun!"
"Memang nggak," jawabnya. "Aku nggak merasa sedang melucu kok."
"Gun!"
Dia tertawa.
"Kau tahu, aku masih ingat pertama kali melihatmu datang... Berdiri di depanku, menyapaku dengan senyum ceriamu... Ya, walaupun kau sedang apes saat itu."
Kening gadis itu berkerut. Dia tersenyum.