Nyi Kemretek

Puput Sekar K
Chapter #2

Prantawati Ingin ke Bumi

Kerajaan Dwarawati sedang tidak baik-baik saja. Istana megah dengan bangunan joglo yang kokoh kini terlihat sunyi. Langitnya pun redup, hawa dingin memeluk sepi.

Meski para pengawal dan mbok emban tampak seperti biasa. Sudah menjadi rahasia umum di kerajaan itu, bahwa salah satu putri Dwarawati tengah gundah hati. 

Bangunan taman kaputren, dengan perpaduan tumbuh-tumbuhan yang rapi dan formasi batuan yang tertata begitu rupa, kini senyap seperti ikut merasakan lara.

Hanya terdengar suara gemericik air di kolam taman yang terasa hampa. Taman itu senyap, seperti kehilangan cahayanya. Mereka seakan-akan mengerti kegundahan tuan putrinya.

Padahal biasanya, taman tersebut menjadi saksi berpadunya dua insan yang tengah dimabuk asmara. Sahut-sahutan nyanyian dan rayuan biasanya menjadi penyemarak di taman. Kini, hal tersebut tak lagi terjadi. Tidak lagi. 

Prabu Kresna merasa grentes melihat kesusahan hati Prantawati akhir-akhir ini. Akan tetapi, sebagai seorang ayah, juga mertua, pantang baginya untuk turut campur urusan rumah tangga Prantawati. Terlebih ia tahu, Petruk sibuk bukan sembarang sibuk. Petruk jarang pulang bukan berarti tengah asyik dengan wanita lain, atau nongkrong main gaple di pos ronda. Petruk memang sibuk, sangat sibuk.

Prabu Kresna mengetahui bahwa Petruk tengah mengabdi kepada Wisanggeni. Soal apa yang dilakukan Wisanggeni dan Petruk, Prabu Kresna tidak ingin tahu urusan mereka.

Tetapi yang membuat geram Prabu Kresna, di tengah kesibukan Petruk, ada kesalahannya. Kesalahan Petruk adalah tidak mampu membagi waktu dengan baik. Mana urusan pekerjaan dan mana urusan rumah tangga. Sesungguhnya keduanya sama penting.

Petruk bekerja untuk menafkahi lahiriah istrinya, juga berkewajiban memberikan nafkah batin kepada Prantawati. Namun sayangnya Petruk melewatkan kewajiban yang terakhir tadi. 

Ditengoknya Prantawati yang tertidur dalam keadaan duduk dengan menyandarkan kepala di meja rias. Sungguh bukan keadaan yang menyenangkan untuk dilihat. Raja Dwarawati itu lalu memindahkan Prantawati yang masih terlelap ke atas kasur.

Dibenarkan posisi tidur anaknya, sekaligus diselimuti dengan penuh cinta. Wajah Prantawati yang polos ketika tidur membuat hati Prabu Kresna terenyuh. Seperti baru kemarin sore saja ia melihat keriangan Prantawati kecil.

Lihat selengkapnya