Nyi Kemretek

Puput Sekar K
Chapter #6

Nyi Kemretek

Prantawati membuka matanya. Ia memandangi langit-langit dari tempat tidur, seperti ada sesuatu yang ganjil. Pandangannya diedarkan ke seluruh ruangan. Kasurnya berbeda dengan kasur yang biasa ia tiduri. Meski sama empuknya, ia merasa asing dengan pembaringannya itu. Pikiran Prantawati masih berantakan, ia belum bisa mengetahui apa pasal yang menyebabkannya berada di kamar itu. 

Ia memperhatikan sekeliling kamar dengan dinding-dinding batu berwarna pualam. Sebuah cermin besar dengan ukiran berbentuk naga terdapat di sudut ruangan. Kamar yang tidak kalah mewah dengan kamar yang ia miliki sebelumnya. Sejurus kemudian, datang seorang wanita bertubuh tambun yang tidak ia kenali. Perempuan tersebut membawa segelas air minum.

“Nyi Kemretek sudah bangun? Ini tehnya, silakan diminum,” perempuan berbalut kebaya lurik itu menyorongkan teh kepadanya. 

 Sang putri memicingkan mata. Ia ragu menerima teh dari perempuan asing itu. Terlebih dengan sapaan Nyi Kemretek. Bukankah namanya Prantawati? Apa ia sedang bermimpi lagi? Prantawati mencoba menggali ingatan sebelum ia terjaga di malam sebelumnya, ia masih berada di rumahnya. Ia bergeming dengan sapaan perempuan itu.

 “Diminum dulu tehnya, Nyi. Setelah ini, Nyi akan mengetahui semuanya,” ujar si perempuan yang lebih mirip seperti mbok emban. Mbok emban itu seolah-olah mengetahui kebingungan Prantawati.

Tetapi akhirnya, seperti kerbau dicocok hidung, Prantawati menurutinya. Aroma teh wangi dan rasa sepat yang khas membuat pikirannya menjadi lebih rileks. Seketika memori di kepalanya perlahan mengingat beberapa kelebat peristiwa yang telah ia lalui. Dimulai dari ia dilahirkan dan menjadi anak dari seorang raja yang arif dan bijaksana. Bergelimang kebahagiaan dan kemewahan. Lalu tiba saat ia harus melepas masa lajang. Dijodohkan dengan lelaki yang tidak ia cintai. Hingga kemudian ia bertemu dengan laki-laki yang bisa membuatnya mempercayakan kehidupannya. Lelaki itu bersuara merdu, dan lantas ia mencoba mengingat kehidupan pernikahan mereka. Prantawati tiba-tiba menjerit histeris ketika ingatannya satu demi satu terpampang jelas. Seperti ada luka di hati menggores pedih. Gelas yang sedang ia genggam hampir saja terlepas dari tangannya. Dengan mbok emban itu menangkap gelas yang hampir saja mengenai lantai. Prantawati lalu menangis pilu. Ia merasa telah dipermainkan oleh takdir cinta. Cintanya hanya dibalas dengan segelas brotowali.

“Tenang, Ndoro. Semua akan baik-baik saja di sini.” Pelayan itu merengkuh tubuhnya, menenangkannya. Tangis Prantawati semakin menjadi. 

“Silakan minum tehnya lagi, Ndoro.” Perempuan itu menyorongkan segelas teh lagi. Prantawati menurut, setelah tegukan kedua kalinya, seketika dada Prantawati menjadi lebih lapang. Perlahan-lahan tangisnya mereda. 

“Sebenarnya siapa kau? Lantas aku di mana?” tanya Prantawati keheranan. Tatapan matanya nanar memandang pelayan itu. Wajahnya bundar, ada tahi lalat di dagunya. Rambutnya digelung, dan terselip sisir kecil di sanggulnya. Melihatnya mengingatkan Prantawati kepada seseorang. Tetapi ia juga tidak yakin pada dugaannya. 

“Ada di sebuah tempat yang Ndoro inginkan.Panggil saja saya Mbok Lim.”

“Mbok Lim,” Prantawati mengangguk memberi salam, lalu tersenyum. “Maksudmu ini tempat apa?”

“Nanti juga Ndoro akan mengetahuinya,” jawab Mbok Lim.

Prantawati teringat sesuatu. Lekas ia turun dari tempat tidur dan berjalan ke luar, untuk mamastikan tempatnya berada. Namun saat hendak menuju pintu kamar, ia melintas di sebuah cermin berukuran besar di sudut ruangan. Sampai di situ ia terkejut ketika mendapati sosok yang berbeda di pantulan cermin tersebut. 

Mata Prantawati terbelalak. Ia memegang pipi, dan menjerit. Bayangan yang terpantul jelas-jelas bukan dirinya.

“Wajah siapa ini?” jerit Prantawati. 

Mbok Lim bergegas mendekatinya. Direngkuhnya lagi tubuh Prantawati. Ia maklum, ndoro-nya itu syok melihat wajah yang berbeda di pantulan cermin.

“Sebenarnya apa yang terjadi padaku, Mbok Lim? Tolong ceritakan!” ucap Prantawati dengan suara parau. Seluruh tubuhnya gemetar. 

Lihat selengkapnya