Aira sedang sibuk membereskan perlengkapan shooting Rainhard yang hari ini untuk ke luar kota. Gadis itu memasang wajah kesalnya setelah beberapa kali diomeli oleh Rainhard. Aira kesal, padahal ia hanya mengingatkan untuk Rainhard tidak meminum alkohol secara berlebihan, tapi ia justru mendapat respon buruk dari lelaki itu.
"Dasar, menyebalkan sekali dia. Dia pikir dia itu siapa? Mentang-mentang publik figur, bisa seenaknya dengan bawahan. Oke, aku tahu aku cuma asisten, tapi aku juga punya hati, bisa nggak sih, sekali aja dia baik sama aku? Nggak ngomel-ngomel mulu? Untung aku ngefans, trus dia ganteng, jadi... Ah menyebalkan sekali," dumel Aira sambil terus memasukkan barang-barang Rainhard secara acak kedalam koper.
"Apa? Menyebalkan? Berani banget dia ngatain gue menyebalkan, pengen gue pecat tuh bocah." Rainhard- kali ini gantian, lelaki itu yang ngedumel sendiri.
Tanpa sengaja, Rainhard yang ingin turun kebawah menemui Edgard pun terhenti, saat mendengar ocehan Aira yang begitu menggelegar keluar dari ruangan tersebut. Rainhard menghentikan langkahnya, mendengar sampai gadis itu selesai mengeluarkan uneg-uneg dalam dirinya.
Rainhard sudah siap untuk maju, lengan bajunya sudah ia tarik hingga siku, lalu menyigar rambutnya kebelakang.
"Ehh, kamu mau kemana?" Edgard, ia datang entah dari mana tiba-tiba saja sudah menarik tangan Rainhard.
Rainhard menoleh, ia membuang nafas frustasi, gagal sudah rencana untuk mengomeli Aira sekali lagi. Semua itu terjadi gara-gara Edgard, pemilik agensi yang menaungi karier Rainhard selama ini.
"Mau masuk, pak." Rainhard menunjuk kearah Aira yang saat itu masih memasang wajah kusutnya yang persis seperti kanebo kering.
"Ikut saya, ada yang perlu kita bicarakan."
"Sekarang banget? Nanti boleh nggak?" Rainhard bernegosiasi dengan Edgard.
"Sekarang Rainhard!" Edgard menaikkan intonasi suaranya. Kalau sudah begini, jelas Rainhard tidak bisa berbuat apa-apa.
Selain Edgard pemilik agensi, Rainhard juga sudah menganggap Edgard seperti orang tuanya sendiri. Sejak kejadian 10 tahun yang lalu, saat Edgard menyelamatkan Rainhard dari amukan massa.
"Rainhard!" Edgard kembali meneriaki Rainhard yang saat itu masih berdiri di pintu masuk ruangan tempat Aira mengemas barang.
"Iya iya." Rainhard menjawab dengan terpaksa. "selamat Lo kali ini." umpat Rainhard pula, lalu ia segera menyusul Edgard keriangannya.
Rainhard sudah berada di ruangan milik Edgard. Ia duduk disofa, sedangkan Edgard ia duduk dikursi kejayaannya.
"Kamu sudah melihat berita yang viral Minggu ini?" tanya Edgard dengan intonasi kesal.
"Belum, nggak penting juga. Lagian gosip dan berita viral itu biasa, lumrah juga. Lagian mereka juga suka banget bikin berita nyeleneh. Belum lagi wartawan, nggak usah diragukan lagi kemampuan olah beritanya, semua bisa diracik sesuka mereka."