Aira dengan malas berjalan masuk kedalam ruangan yang dikhususkan untuk Rainhard. Gadis itu sudah berdiri tepat didepan pintu, ia menghela nafas kasar lalu mengetuk daun pintu itu beberapa kali.
Tok tok tok...
Aira tidak menunggu jawaban dari dalam, ia langsung nyelonong masuk seperti biasanya. Jika seorang asisten bersikap baik dan sopan, dan kali ini berbeda, peraturan itu tidak berlaku bagi seorang Queen Annaira.
"Main nyelonong masuk aja, tahu etika nggak?" Rainhard melirik Aira dengan sinis. Tapi Aira merasa masa bodo dengan ocehan Rainhard.
"Diluar wartawan udah nunggu, kamu harus klarifikasi dengan kejadian viral Minggu lalu," celetuk Aira yang masih berdiri tepat dihadapan Rainhard.
"Nggak bisa besok?"
"Sekarang Rainhard! Apa Lo mau pak Edgard marah?" Aira mengeluarkan jurus andalannya, Edgard.
Rainhard tidak lagi menjawab, bibirnya mengatub kesal, lalu melirik Aira seakan ingin menerkam gadis itu saat itu juga. Marah, tapi ia harus keluar dan berjumpa dengan para wartawan agar berita viral itu segera berakhir.
"Emang enak? Makanya jangan suka seenaknya sendiri, mentang-mentang artis, seenaknya ngatain orang, pakek kata-kata mutiara pula." seloroh Aira, lalu ikut keluar mengikuti Rainhard.
Rainhard menarik nafas kasar, gugup sudah dapat dipastikan. Ini untuk yang pertama kali ia harus klarifikasi tentang dirinya. Aira menatap sekilas wajah gusar Rainhard. Lalu kembali memfokuskan dirinya pada beberapa lembar kertas yang akan Rainhard tanda tangan selesai klasifikasi nanti.
"Selamat siang semua, saya Rainhard Oliver. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas berita yang sempat viral Minggu lalu. Itu benar-benar diluar kehendak saya, karna sejujurnya saat itu saya sedang banyak pikiran, makanya saya sempat mengeluarkan kata-kata yang sangat tidak enak didengar. Saya menyesali semua ucapan saya, maka dari itu saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Sebagai bentuk permohonan maaf saya, saya akan mengadakan meet up dengan para fans. Dan untuk tempat dan waktu, masih saya bicarakan dengan asisten sekaligus manager saya, Aira. Bukan begitu Aira?"
Aira? Demi apa Rainhard menyebut nama dirinya diakhir kalimat? Sejak kapan mereka merencanakan jumpa fans? Sungguh, kali ini Rainhard menjadikan dirinya tumbal secara langsung. Kalau sudah begini, wartawan akan terus mengejar Aira, perihal jumpa fans akan mereka adakan.
"Gila apa? Kenapa gue coba? Beneran badut tuh orang, pinter banget nyari muka didepan publik." Aira ngedumel didalam hati. Bibirnya ber komat-kamit, entah apa yang saat ini tengah gadis itu ucapkan.
"Aira? Bukan begitu?" Rainhard kembali memanggil nama asistennya tersebut, karna panggilan yang pertama tidak mendapat respon dari si empunya nama.
"Ah, iya. Nanti kami kabari jika sudah mendekati hari H," beber Aira dengan gugup. Aira bahkan tidak memperhatikan kata-kata yang ia keluarkan.
"Hari H? Dikira gue mau nikah apa? Nggak ada gitu, kata pengganti hari H yang lebih tepat?" batin Rainhard dengan kesal.
"Terimakasih Rainhard untuk waktunya. Jadi kami hanya perlu menemui mbak Aira ya? Untuk mengetahui planning kedepannya bagaimana?" tanya salah satu wartawan itu pada Rainhard.
"Nah, itu tepat bahkan sangat tepat. Kalian bisa bertanya apapun kepada asisten saya, karna dia yang akan mengurus semuanya," ujar Rainhard dengan rona bahagianya. Tapi tidak dengan Aira. Gadis itu sangat kesal terhadap Rainhard.
Disudut kanan, Vincent sedang mendengar klarifikasi Rainhard, ia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya saat mendengar semua kalimat Rainhard. Bisa-bisanya Rainhard menjadikan Aira sebagai tumbal untuk menyelamatkan dirinya.