Oase di Padang Sakura

Dewi sartika
Chapter #1

part 1, Luka dan Masalah

Tanganku berdarah, mengucur deras. Aku terduduk di pojok, dekat meja guru, mengeluh kesakitan. Ruangan kelas ini masih gelap, hanya nyala lilin yang menerangi, itu pun cuma beberapa karena sisanya sudah terjatuh, berguling di lantai dan mati gara-gara tertendang kaki Ayaka. Dari cahaya yang hanya sedikit itu, aku melihat darah. Ini darah lho, bukan cairan yang lain. Ini adalah darah milikku, cairan yang…. Oh, God, SAKIT!!!!

Ayaka sedang mengeluh tidak jauh dariku. Dia memegang perutnya yang sempat aku sepak ketika dia menerjang dan menggoreskan pisau kecil padaku hingga menggaret dan membuat tanganku robek. Teman-temanku yang lain, yang melongo di beberapa pojok kelas, sudah mulai panik. Mereka sudah tidak bisa menahan diri lagi dan hendak berlari melesat menerjang pintu.

Mendadak pintu terbuka. Dan, sesosok yang lugas masuk ke dalam ruangan. Tubuh orang itu bertabrakan dengan teman- temanku yang berebutan hendak keluar pintu, hingga beberapa tubuh terjungkal jatuh. Sosok lugas itu berlari menghampiriku dan berteriak dengan panik.

“Natchan!!!” panggilnya antara cemas dan lega.

Aku tersenyum padanya ―sebenarnya, aku tersenyum atau meringis ya?― dan dia segera memeriksa tanganku yang darahnya masih tidak mau berhenti.

“Ya ampun! Apa yang dia lakukan padamu!!!” wajah sosok itu mulai terlihat agak jelas dari ujung mataku. Tomo, sahabatku, cepat mengeluarkan kain dari balik jas yang dikenakannya dan segera membalut tanganku yang terus berdarah.

“Tomo…,” erangku, “sakit!!!”

Mendadak dari balik pintu lain, muncul sosok laki-laki besar. Dengan sigap, laki-laki itu menghidupkan lampu ruangan, dan segera berjongkok ke arahku untuk memeriksa lenganku.

“Gawat, Natsuka harus segera dibawa ke rumah sakit. Darahnya sebanyak ini.”

“Jangan rumah sakit!!!” cegahku dengan miris. Rumah sakit mengingatkanku pada Kei yang sedang dirawat di sana dan pada kemarahan Ojisan (paman).

“Tomo, segera bawa Natchan ke rumah sakit!” perintah laki-laki di sisiku itu. Laki-laki itu segera berpindah dan memeriksa keadaan Ayaka yang masih tersuruk di lantai sambil memegangi perutnya.

“Kalau yang ini tidak apa-apa…,” ujarnya tampak lega.

***

Lihat selengkapnya