Semua gelap hanya ada satu sumber cahaya. Satria menahan nafas berjalan pelan mendekatinya. Satria tersenyum melihat Bunda berada dikamar dengan sebuah lilin cantik. Suasananya hangat apalagi Bunda langsung memeluk Satria. Bunda mengelus rambutnya dan mengeluarkan sebuah kotak. Satria jelas kegirangan mengingat esok usianya 6 tahun. Bunda tertawa melihat gaya ceria anaknya. Hadiah teropong kecil membuat Satria teriak kegirangan.
Bunda melangkah ke kasur Satria dan berbaring disana. Satria mengikutinya dengan semangat. Bunda mengambil sebuah buku cerita. Si kecil terus saja mengotak atik teropong barunya. Bunda bercerita kisah indah sebuah bunga.
“Bunda, ini buat apa?” Satria tidak menghiraukan cerita bunda.
Bunda tersenyum mengambil benda itu dan mencontohkan kepada Satria.
“Kalau Satria ada di tempat yang jauh tapi mau lihat benda dari dekat,bisa memakai ini. Mau coba?” Bunda memiringkan badan menghadap satria. Satria mengangguk antusias. Bunda lalu duduk membuka korden di belakangnya. Bunda menggunakan teropong itu untuk melihat langit.
“Wah bintangnya terlihat besar nak. Bulannya juga gede.” semangat bunda melihat keindahan langit malam. Satria tanpa permisi merebut dari tangan Bunda. Rasa penasarannya besar.
“Waah” Satria takjub dengan apa yang ia lihat. Bunda tertawa melihat keceriaan anaknya. Mengecup kening Si jagoan berdoa agar ia tumbuh menjadi anak yang berguna. Bunda kembali keposisi tidurnya. Memeluk Satria dengan satu tangan. Banyak sekali doa untuk Satria yang bunda ucap dalam hati. Bunda melanjutkan ceritanya.
“ Satria tahu tidak arti namanya Bunda? Umi Kalsum?” lanjut bunda setelah membaca seluruh isi buku.
“hem,,apa Bunda?” Satria menggeleng sambil melihat mata Bunda. Teropong tadi masih ada dalam pelukannya.
“ Bunga di surga” Bunda tersenyum indah dihadapan satria. Satria melongo dan terkejut mendengar jawaban Bunda. Satria langsung melepaskan teropong dan merangkul Bunda. Saat itu Satria sedikit memahami kenapa Bunda sering menceritakan tentang bunga. Mulai dari tangkai,kelopak sampai mahkota. Satria mengucapkan terimakasih dengan mata yang mulai mengantuk. Satria tidur dengan kebahagiaan bersama Sang Bunda.
Dipertengahan malam lilin itu semakin habis. Bunda terbangun melihat gerak jam dinding.berdiri dari tempat tidur perlahan-lahan. Bunda melangkah keluar kamar Satria. Semua masih gelap tapi mengapa bunda mencium aroma parfume ayah?sebentar parfume itu campuran aroma wanita. Bunda menyalakan lampu diruang tamu. Bunda melotot sampai mengepalkan tangan.ayah bermain dengan seorang wanita asing.
Mata bunda memerah,bahkan lampu hidup pun tak menghentikan Ayah.
“Ayah,kau?”sapa bunda serak.