Obsesi

Hakim Irham
Chapter #2

The Dancing Grass : Dead Body

Sudah tak lagi dapat terhitung berapa detik telah berlalu semenjak mentari membenamkan dirinya. Suara dari alat deteksi denyut jantung kini sudah tidak terdengar sayup tetapi begitu nyaring menggema. Diatas ranjang rumah sakit dengan seprai putih polos, seorang anak terbaring lemah. Wajahnya yang pucat pasi ditambah berbagai alat terpasang di tubuhnya membuat malam itu begitu sendu.

Walau sedang tertidur, tangan pria itu masih menggenggam tangan anak malang di depannya. Wajahnya masih meninggalkan beberapa noda hitam, tanda bahwa ia belum membersihkan diri dari tadi pagi.

Pintu ruangan terbuka disusul dengan masuknya seorang wanita. Ia menatap sang pria dan anak malang itu dengan kasihan. Tak lama, ia memilih untuk kembali keluar, mengurungkan niat awal ia pergi ke sana.

"Ada apa, Hana? Apa kau berpikir aku tengah tertidur?"

Suara seorang Pria membuatnya kembali berbalik. Pria itu kini duduk tegak tanpa melepaskan genggaman tanganya dari sang anak malang. Ia mengusap wajahnya sendiri dengan tangan kirinya, lalu merapihkan rambutnya dengan tangan yang sama.

"Tidak. Sebaiknya kau cuti dulu, Detektif. Urusan yang akan ku sampaikan tadi, biar aku yang tangani sendiri." Jawab Wanita itu. 

Pria itu lantas bangkit. Ia menatap anak itu sebelum akhirnya melepas genggaman tangannya. Sebuah kepedihan tersirat jelas dari wajahnya, sebelum akhirnya berubah menjadi amarah yang sangat jelas.

"Kurasa aku butuh kopi. Mungkin kita harus cari angin sebentar," Ucap sang Pria. Ia lantas berjalan ke luar di ikuti oleh sang Wanita. 

Perjalanan dari lantai lima rumah sakit menuju ke luar tidak terasa lama meski dilalui tanpa sepatah kata. Mereka berdua sama-sama terdiam saling tidak berbicara selama perjalanan. Hanya angin malam yang terdengar dan sesekali dibarengi dengan suara kendaraan.

Hana, sang Wanita, terus memerhatikan gerak-gerik Pria di depannya. Punggung Pria itu terlihat berat. Hana sadar, meski terlihat tenang, tapi ada beban berat yang di pikul oleh nya.

Langkah kaki mereka membawanya ke sebuah kedai kopi di seberang rumah sakit. Pria itu memanggil pelayan, memesan segelas kopi hitam untuknya, juga kopi susu untuk Hana.

"Setelah seminggu berdiam diri di rumah sakit, aku mulai hafal menu yang ada di sini." Ucap sang Pria. Ia memilih duduk di ujung kedai, di sebuah meja yang menghadapkannya pada jalanan, sementara Hana duduk membelakangi kaca jendela.

"Jadi tunggu apa lagi? Aku ingin tahu apa yang akan kau katakan tadi."

Hana lantas menanggalkan mantelnya dan menaruhnya di belakang kursi nya. Ia mencoba sedikit rilex walau masih terlihat jelas ia agak keberatan untuk membahasnya.

"Aku takut kalau kau akat terkejut setelah mendengarnya, Detektif, tapi pak Jaka ditemukan tewas tadi siang di rumahnya." Ucap Hana.

Lihat selengkapnya