Baik Hana maupun dua orang Pria di depannya tertegun mendengar ucapan yang baru saja keluar dari mulut Reon. Saat bersamanya tadi, Reon sama sekali tida menunjukan amarahnya atas tragedi itu. Tapi saat disinggung tentang pelakunya, ia langsung menunjukannya. Sisi gelap dari seorang Detektif.
"Kalau aku jadi kau, mungkin akan kulakukan juga. Ah setelah lama di Cirebon, ternyata kau sama sekali tidak berubah ya, Reonal. Aku tidak sabar untuk memilihkan tugas untukmu." Ucap Juanda.
"Jadi kau akan menjadi kepala yang baru ya, selamat. Aku bersyukur kau datang, karena kalau tidak, mereka pasti akan memintaku untuk jadi kepala. Aku tidak mau." Balas Reon. Juanda tertawa mendengarnya. Ia sadar, Reon memang lebih pantas berada di posisi itu daripada dirinya.
"Tapi, mari kita tunda temu kangen kita sejenak. Aku keluar untuk mendengarkan teori dari Ariadnaldi yang katanya hebat." Ucapnya lagi.
Dicky mendengus kesal mendengar ejekan halus yang Reon ucapkan. Ia mengorek sesuatu dari saku kemeja nya. Sebuah foto seorang wanita paruh baya yang lalu ia tunjukan pada Reon dan Hana.
"Pembunuhnya adalah sang pembantu." Ucap Dicky. Matanya menyudut, memperlihatkan keyakinan yang dalam pada ucapannya. "Meskipun forensik belum mengeluarkan data, tapi aku yakin ada striknin di nasi goreng yang ia buat. Itulah mengapa pak Jaka tewas dengan mulut menganga dan mata melotot. Pelaku yang mencampurkan racun itu di makanan korban, lalu pergi dengan dalih mau ke masjid. Lalu kembali lagi dan melapor ke polisi agar tidak dicurigai. Tapi aku, Dicky Ariadnaldi dapat mencium segala kejahatannya." Lanjutnya.
Baik Hana maupun Juanda sama-sama terkejut dengan ucapan Dicky. Sementara Reon menepuk wajahnya sendiri dan berkata, "astaga. Aku jadi curiga sudah berapa banyak orang tidak bersalah yang kau tangkap, Ariadnaldi memang hebat!"
Dicky menghembuskan nafasnya panjang. "Aku tau jawaban itu akan ku dengar. Kurasa otakku memang sudah tumpul karena saat bertugas di Cirebon lebih sering menjadi polisi patroli." Ucapnya.
"Aku tidak setuju, sih." Balas Reon. Ia berjalan dari teras rumah menuju pekarangan. "Kalimat 'otak akan tumpul bila tidak dipakai' itu hanya berlaku bagi mereka yang memiliki otak soalnya." Ucapnya lagi. Sekali lagi, Dicky mendengus kesal mendengar hinaan yang lagi-lagi Reon lontarkan padanya.
"Kurasa kau sudah sedikit berlebihan, Detektif." Ujar Hana. Meski menahan tawa, ia memang merasa ucapan Reon sudah melebihi batas.
Hana melangkah mengikuti ke tempat Reon berdiri. Sang Detektif lantas berjongkok, tangannya meraih sesuatu di tanah.
"Tapi soal siapa pelakunya, mari kita tanyakan pada rumput yang bergoyang." Ucap Reon seraya memperlihatkan beberapa batang rumput di tangannya. Mendengar ucapan dan tingkahnya, semua orang disana menjadi bingung.
Reon lalu mengeluarkan ponselnya. Ia menyalakan flash, lalu memperlihatkan keadaan sekitar pada orang-orang di depannya. Rumput disana benar-benar tidak merata. Ada yang pendek, ada yang panjang. Lalu banyak pula batangan rumput yang tidak dibersihkan.