OBSESI

KUMARA
Chapter #1

PENARI

Musik bernuansa timur tengah mengudara menembus ruang-ruang dalam bar, terdengar sampai ke dalam ruang tata rias di bagian belakang. Malam ini bar bertema gurun pasir, tarian yang dibawakan adalah tari perut. Sebagian penari sudah tampil, sebagian sedang tampil dan sebagian lagi sedang bersiap-siap. DJ memainkan musik tanpa henti, gelas berisi minuman beralkohol saling sahut menyahut, sebagian pengunjung yang mayoritas laki-laki bahkan sudah tumbang karena efek minuman.

“Manda! Bentar lagi giliran lu!” 

Alamanda sedang menyapukan lipstik merah di atas bibir tebalnya ketika suara itu memanggil. Dia hanya bergumam sebagai jawaban. Menggunakan ujung jari kelingking, dia rapikan ekor eye liner di matanya yang tajam dan menukik. 

Perfect. Dia memuji penampilannya dalam hati. Lagi pun, siapa yang tak kan memuji? Tubuh indah berlekuk itu dijaga sangat ketat dengan diet makan dan olahraga setiap hari, rambut ikal sepinggul yang tebal, dan tampaknya rutin dirawat di salon berbiaya mahal, serta wajah menawan dengan raut yang keras dan berani. Semua itu adalah aset milik Manda. Aset yang menjadikannya penari berbayar tertinggi dan paling terkenal di bar tempat dia bekerja. 

Manda berdiri di depan kaca besar khusus untuknya. Memastikan kostum yang dia pakai adalah yang terbaik, dia sentuh perut rata yang terpampang tanpa penutup. Lagi-lagi dia memuji diri. Untuk sentuhan terakhir, dia jambak sedikit pangkal rambut untuk menambah volume. Sempurna. Batinnya tak lelah memuji.

Beberapa penari yang duduk melingkar di sudut ruang tata rias diam-diam mengamatinya dengan tatapan sinis dan dengki. Sejak kehadiran Manda, penghasilan mereka turun drastis. Belum lagi sikap Manda yang layaknya Diva dan selalu angkuh ingin dinomor satukan, perlahan mereka tinggal bayangan.

“... Dan, untuk penutup malam ini, Ratu kesayangan kita ... Pujaan hati yang tiada dua... ALAMANDA ...!”

Suara pekikan dan seruan antusias menggema dan menggetarkan seluruh bar diiringi hadirnya Manda ke atas panggung di tengah bar. Seluruh yang mengitari panggung bulat itu adalah laki-laki, dengan rentang usia beragam, dari pemuda baru lepas masa ABG sampai kakek tua peot lupa umur.

Musik latar mulai dimainkan, O Saki Saki versi arab yang memang sedang tren. Tubuh Manda bergerak lincah mengikuti irama musik yang cepat, meliuk-liuk dibarengi ekspresi tak kalah seduktif. Para penonton makin menggila dibuatnya, uang saweran tak terhitung lagi berapa yang digelontorkan untuk Manda. Beberapa tangan nakal mencoba menyentuh paha Manda yang terekspos, dia sepak dengan gaya manja tangan-tangan jahil itu, justru menciptakan rasa gemas yang kian menjadi-jadi bagi mereka. Manda merentangkan kedua tangan lalu menunduk, menutup penampilan dengan indah, disambut suara gemuruh meminta tambah seolah Manda adalah makanan pembangkit selera.

***  

Manda menyeret kaki yang gontai menapaki satu per satu anak tangga. Tubuhnya remuk, ingin segera berbaring di ranjang wanginya. 

Lihat selengkapnya