Kedua bola mata Manda terbuka perlahan, tidurnya terusik setelah terdengar bunyi berisik yang berasal dari apartemen sebelah. Brengsek, baru sehari udah ngacau. Umpat Manda dalam hati seraya menutup mukanya dengan bantal, berharap suara bisa redam sendiri.
Bukannya mereda, malah lebih tinggi frekuensinya, seperti suara dari sendok dan kuali yang bertabrakan terus-menerus. Manda bangkit dalam satu detik, melihat jam dinding yang menunjuk pukul tujuh pagi. Sudah lama dia tidak bangun sepagi ini, normalnya paling cepat pukul sebelas. Masih hanya dibalut tank top dan celana pendek, Manda memutuskan keluar untuk menegur langsung si tetangga baru. Lebih baik diberi peringatan dari awal daripada dibiarkan melunjak dan makin jadi.
Tapi belum sampai niatnya terlaksana, pemuda itu sudah keluar dengan membawa nampan besar di tangan. Kebetulan sekali mata mereka bertemu. Ah, matanya almond. Batin Manda kagum, fokusnya jadi terdistraksi.
“Mbak tetangga juga, ya? Selamat pagi, Mbak...” pemuda itu tersenyum lebar menyapa Manda. Mungkin kadar kemanisannya sanggup bikin satu RT kena diabetes. Dia berikan satu piring nasi goreng pada Manda. “Silakan dicoba, Mbak... Sebagai tanda sapa saya sebagai tetangga baru.” Katanya lagi, santun dan ramah level dewa, manusia seperti ini sangat langka di Ibu Kota.
Manda menerima piring itu tanpa keluar satu kata dari mulutnya. Dia berdiri mengikuti langkah si pemuda yang kini sedang mengetuk pintu apartemen yang lain, ada dua apartemen lain di lantai itu, berseberangan dengan barisan apartemen Manda.
Yang sisi kiri dihuni sepasang suami-istri berusia sekitar tiga puluhan, mereka cukup pendiam dan jarang terlihat berbaur dengan penghuni yang lain. Di sisi kanan ditempati seorang perempuan lajang, April namanya, sebaya dengan Manda, mereka cukup sering berbalas sapa sekadar basa-basi.
April membuka pintu dengan mata setengah tertutup, dia juga baru bangun. “Hng?” gumamnya heran.
“Saya tetangga baru di depan rumah mbak, silakan mbak diterima nasi gorengnya.”
Sempat April menatap heran pada Manda. Aneh betul, seumur hidup baru kali ini ada tetangga yang memberi nasi goreng pagi-pagi. Tapi siapa peduli? April mengambil nasi goreng itu lalu langsung menutup pintunya tanpa sepatah kata juga.
Niat baik dari orang asing memang sudah selayaknya tidak langsung diindahkan, apalagi di Ibu Kota. Tapi melihat muka si pemuda manis jadi sedikit cemberut, Manda jadi kasihan.
“Kamu datang dari mana?” tanya Manda akhirnya membuka obrolan.
“Dari Yogya, mbak. Saya ke sini untuk kuliah, baru mau masuk semester pertama," jawabnya kembali ceria.
“Nama?”
“Nama ...?”
“Ya nama kamu, masa namaku?”