Kemarin, menjadi hari yang luar biasa bagi Ochi. Pembicaraan seriusnya dengan Geva berbuntut panjang mengakibatkan bunga, kupu-kupu dan capung dalam tubuh Ochi berkembang biak. Berimbas juga pada dua sahabat baiknya, Cae dan Zera. Karena mood Ochi sedang luar biasa baik, hari itu Ochi mentraktir dua sahabatnya itu berbelanja.
Ochi terbilang ahli untuk urusan menyenangkan sahabat. Ochi pernah mengajak Cae dan Zera menginap di villa keluarganya saat libur kuliah. Dia juga pernah mengajak mereka ke luar negri dengan pesawat pribadi milik Mamanya. Dan kali ini, masing-masing mereka di jatahkan lima juta rupiah untuk berbelanja apa saja yang mereka inginkan. Alasan kedua, Cae dan Zera betah bersahabat dengan Ochi, karena Ochi loyal.
Mereka kini menjelajahi salah satu mall di pusat kota, berjalan sejajar dengan kantong belanja di tangan masing-masing. Penampilan mereka yang bak selebriti sesekali memikat mata pengunjung lain. Jika moodnya sedang baik, Ochi kadang berdandan maksimal walau hanya sekedar jalan-jalan. Cae dan Zera pun berpatokan pada Ochi. Jika penampilan Ochi maksimal, mereka juga berpenampilan demikian walau beda gaya, dan jika Ochi berpenampilan biasa saja saat mengajak mereka hang out, hanya kaos oblong, jins dan make up tipis, keduanya pun akan menyesuaikan.
Serunya, mereka tidak menyebut diri mereka latah hanya karena menyeimbangkan diri dengan Ochi, Cae dan Zera menamakan diri 'Ochilisious' jika tiba saatnya mereka berpenampilan seperti Ochi. Tidak ada salahnya satu sekte dengan sahabat, bukan?
"Semuanya lo yang mau pakai Chi?"
Begitu mereka mendapat meja yang pas di sebuah kafe, tepatnya di samping jendela kaca, Cae langsung bertanya melihat kantong belanja Ochi yang lebih banyak dari milik mereka. Tidak biasanya, karena meski Ochi yang mentraktir, Ochi juga yang berbelanja paling sedikit. Bukan tanpa alasan, masalahnya koleksi segala jenis out fit sahabat Cae itu sudah sangat banyak. Bahkan Ochi sering mengeluh walk in closetnya tak muat lagi menampung pakaiannya.
"Enggak, kantong yang ini buat Mba Suster?" Terang Ochi.
Cae dan Zera bertukar pandang, saling tanya dengan kode mata.
"Mba Suster itu asistennya Kak Geva di rumah sakit. Dia suka bantu-bantu Kak Geva gitu, terus suka nemenin Ochi juga pas nungguin Kak Geva di sana, jadi Ochi mau kasih ini sebagai ucapan terima kasih," jelas Ochi lagi, sebelum Cae dan Zera bertanya.
Tidak di pungkiri, berkah yang mereka dapat hari ini adalah buah kerja Geva secara tidak langsung. Nyatanya ada individu lain juga mendapat manfaatnya.
"Kalau kayak gini, gue pengen minta sama Geva biar sering-sering gombalin lo." Kata Cae.
"Geva yang kerja, kita yang kecipratan bonus." Kata Zera.
"Jadi Geva sudah deal bakal nikahin lo after tesisnya kelar?" Tanya Cae penasaran, tepatnya ingin memastikan.
"Iya dong, kan Ochi udah cerita tadi. Kalian sih ga percaya sama Kak Geva. Kak Geva sebenarnya juga serius sama Ochi, tapi ya itu, dia harus ngejar mimpinya juga karena udah janji sama Om Vian," kata Ochi penuh percaya diri.
Meski Ochi terdengar meyakinkan, Cae tetap saja ragu akan kesungguha Geva pada sahabatnya. Entah perasaannya saja, dia merasa Geva hanya menjadikan Ochi bahan mainan. Cae tidak tahu secara pasti sejarah percintaan Geva, tapi sebelum Geva mengungkapkan perasaannya dengan tiga kata keramat itu, Cae belum percaya pada Geva. Bahwa Geva sungguh-sungguh cinta pada sahabatnya.
Demi menyenangkan Ochi, Cae tidak melontarkan apa yang ada di kepalanya. Dia ikut tersenyum senang melihat Ochi yang sedang bahagia.
Tiba-tiba Ochi dan Cae dikejutkan oleh Zera yang mengangkat sedikit tangannya disertai jari-jarinya yang naik turun menggoda. Mata Zera mengarah pada luar kafe. Dari jendela kaca yang transparan, Ochi dan Cae bisa melihat pada siapa Zera melambaikan tangannya.
"Astaga, Zera itu sekuriti mall ini lho."
"I know."
"Terus kenapa lo begitu?"
"Masa ga peka sih, sekuriti secakep itu masa perlu gue jelasin lagi."
Cae hanya geleng-geleng kepala, dan Ochi tidak memberi reaksi apapun karena sudah terbiasa pada tingkah genit Zera setiap melihat pria tampan.
Diantara mereka bertiga, Zera adalah titisan Cupid yang paling kental. Zera paling gampang jatuh cinta dan pemuja pria tampan garis keras. Meski pedagang es cendol, kalau tampan di mata Zera, dia bersedia di ajak kencan. Namun, seganjen-ganjennya Zera, gadis itu tahu aturan. Zera tidak akan mengambil jika pria itu milik orang lain, dan kencan Zera tidak akan melampaui batas. Itu yang Ochi salut dari seorang Zera.
"Duh, anak gadis, jangan banting harga banget bisa ga sih?" Ujar Cae pedas, "gembel dipakaikan Dior kawe mau lo embat juga?"