Ochilisious

Aprilia Ningsih
Chapter #8

BAB 8

"Bibirnya di buka dikit dong Bik!" Arahan ke sekian Ochi pada wanita berumur yang ia poles wajahnya. Bik Cinder menurut dan membuka sedikit bibir atas bawah.

Ochi tidak main-main dengan ucapannya di kampus tadi. Dia benar-benar mempraktekkan ilmu terbaru tentang memoles wajah yang baru ia tonton bersama Zera. Sekarang Ochi melakukan sentuhan akhir, yaitu mengolesi lipstik di kulit bibir yang sudah tampak kendor Bik Cinder.

"Selesai Bik, aih cantik deh, coba lihat," seru Ochi bersemangat. Bik Cinder tampak terperangah melihat pantulan bayangannya sendiri di cermin.

"Udah atuh Non, Bibik hapus aja ini teh mekapnya." Meski Ochi tidak terlalu tebal dalam hal mengaplikasikan make up pada wajah Bik Cinder, tetap saja wanita yang telah melewati lebih dari lima dasawarsa dunia itu merasa tidak pantas melihat hasil polesan tangan Ochi di wajahnya yang sudah keriput.

"Bibik kok gitu, ga suka sama make up Ochi?" Tanya Ochi dengan suara sedih dan manja andalannya. Jurus ini ia terapkan untuk meluluhkan lawan agar mengikuti apa yang ia inginkan. Dan sering terbukti ampuh.

"Bukan tidak suka Non, ini malah bibik kayak Meriem Belina versi tua berkat mekap Non Ochi, Bibik pangling sendiri, tapi ini mau masak buat makan malam, masa iya Bibik masak kayak gini, nanti di lihat sama orang di bawah, Bibik malu atuh."

"Ngapain malu, pokoknya ga boleh di hapus dulu! Bilang aja kerjaan Ochi, ga ada yang bakal komentarin Bibik," jelas Ochi tidak mau di bantah. Bukan sekali dua kali ia mendandani Bik Cinder, hanya saja kali ini ada Tuan Muda Yudhi dan Yazeed di bawah, keluarga berkumpul dalam formasi lengkap. Jika Bik Cinder turun dengan wajah seperti itu, full make up ala beauty bloger, ia akan menjadi santapan empuk dua Tuannya yang suka usil di sana.

"Kita foto dulu ya Bik."

Apa lagi ini?

Biasanya juga Ochi akan langsung melepasnya jika sudah selesai memermak wajah keriput kendornya. Tumben Ochi meminta untuk mangambil gambar.

"Siap ya Bik, satu...dua...ti..."

***

Kalau nasi sudah menjadi bubur, tentu tinggal makan saja. Begitupun Bik Cinder, yang saat ini menjadi objek penderita bagi Yudhi dan Yazeed. Dua bersaudara itu asik memvideokan Bik Cinder yang memasak dengan wajah full make up. Tidak tanggung, Yudhi memakai kamera profesional miliknya untuk merekam, dia meminta sekali waktu Bik Cinder menjelaskan kegiatan yang ia lakukan seperti acara memasak di tivi, sedang Yazeed sibuk membuat cerita di story.

"Kak, ini namanya apa?" Ochi keluar dari kamar Yudhi dengan membawa sebuah replika di tangan. Yudhi yang masih sibuk tidak memberi jawaban meski suara Ochi terdengar maksimal.

"Kak Yudhi jangan pura-pura budeg, ini robot apa?" Sekali lagi Ochi bersuara dan sukses membuat Yudhi menoleh begitu mendengar kata 'robot' di sebut.

"Woi, buset, Ochi, gila lo!" Secepat gerakan angin Yudhi berlari pada Ochi, "astaga, benda suci gue."

Yudhi mengangkat tangan dengan telapak seperti meremas udara, tidak sanggup memegang alih benda di tangan Ochi, seperti takut jika ia mengambil alih benda itu akan hancur berantakan.

"Chi, tenang, selow, pelan...astaghfirullah!" Yudhi berteriak saat Ochi menyodorkan benda itu pada Yudhi, "gila lo gila lo..."

"Ini namanya apa?"

"Heiseh, pelan-pelan Chi, ya Allah lo cewek napa megang-megang kayak gitu sih?" Yudhi meluap-luap begitu berhasil mengambil alih benda keramatnya dari tangan sang adik.

"Ya Allah, lo ga apa-apa kan beb? Ada yang luka ga? Ada yang sakit ga? Cup cup cup sini sama kakak." Seabsurd itu Yudhi bicara pada benda kecil di tangannya hingga membuat Ochi merinding mendengar kalimat saudara lelakinya. Ochi kemudian mengikuti Yudhi berjalan kembali ke kamar.

"Itu namanya apa sih kak?"

Ochi tidak di tanggapi sama sekali karena Yudhi konsen meletakkan benda suci kesayangan ke tempat semula. Salah sedikit saja, benda itu bisa hancur berantakan. Begitu misinya selesai, Yudhi menutup pintu etalase kaca tempat koleksi gundamnya berjejer di pamerkan.

"Jadi lo sengaja ya dandanin Bik Cinder buat pengalih perhatian kita?" merupakan kalimat pertama Yudhi sebagai awal ungkapan marahnya pada Ochi, "ngapain lo masuk kamar gue?" Yudhi berteriak sepenuj hati.

"Ochi lagi nyari inspirasi, minggu depan Kak Geva ulang tahun, jadi Ochi nyari..."

"Ya ga bisa masuk kamar orang sembarangan gitu dong, apapun alasan lo itu ga bisa di benarkan."

Yudhi termasuk orang yang menjaga privasi. Dia tidak suka zona nyamannya di jelajahi siapapun, termasuk anggota keluarga, tanpa seijinnya dan dalam hal ini Ochi termasuk juga. Bahkan Yudhi membersihkan kamarnya sendiri, tidak mau asisten rumah melihat isi kamarnya.

"Ochi ga ngapa-ngapain Kak, cuma mau lihat-lihat aja, nyari ide buat hadiah Kak Geva yang ulang tahun minggu depan."

Ochi mungkin salah satu wujud manusia setengah malaikat, meski di bentak, di kasari dan di marahi Yudhi, dia masih sanggup membalas dengan suara halus dan merdu tanpa ingin balas berteriak. Ia juga menyadari dirinya salah.

"Ya ga nyelonong juga, lo ga ijin sama gue."

"Kalau Ochi ijin, kakak ga bakal ngasih."

"Lo belum nyoba."

"Dulu kan pernah, katanya kamar Kakak tempat suci tanpa polusi jejak manusia birahi."

"Eh, buset, ga pernah ya gue ngomong gitu."

Lihat selengkapnya