"Ini kita nyasar di toko mainan buat siapa sih sebenarnya? Lo serius nyari hadiah Geva di sini? Ga salah? Yang ulang tahun Geva atau Yazeed sih? Kalaupun Yazeed juga ga nemu hadiahnya di sini?" Rentetan tanya berniat gerutu Cae dia ucapkan tanpa jeda dan dalam satu tarikan napas. Lengkap dengan wajah masam yang tidak ia tutupi. Bagaimana Cae tidak bertanya seperti itu, Ochi membimbing mereka ke toko mainan lebih dulu begitu kaki mereka terinjak di mall. Sama sekali di luar ekspektasi Cae. Zera lebih mengikuti arus, dia tidak protes meski di ajak Ochi ke sana, prinsipnya pria tampan bisa muncul dimana saja, termasuk di toko mainan. Bisa jadi, kan?
"Cae, santai dikit dong, ini beneran buat Kak Geva kok," karena jujur saja wajah Cae tidak terlihat bersahabat sejak tadi bahkan sebelum mereka berangkat, Ochi memaklumi mungkin sahabatnya sedang mendapati tamu bulanan, "Ochi mau nyari Gundam?"
Zera tampak lebih tertarik pada ucapan Ochi, "itu apaan Chi?"
"Sejenis robot."
"What? Lo mau ngasih Geva robot-robotan? Ga salah?" Cae kembali protes. Sekarang suaranya malah melengking, beberapa anak kecil yang memilih mainan di dekat mereka menatap heran, tidak suka juga mungkin melihat dua dewasa di dunia mereka, "perasaan Geva umurnya pakai dua angka, puluhan, ga tunggal atau satuan," sidndir Cae pedas.
"Bukan robot biasa Cae, ini tu di rakit, Gundam itu salah satu tokoh anime Jepang, ada versinya, Ochi ga ngerti-ngerti banget sih, tapi pengen aja kasih hadiah itu ke Kak Geva, biar beda gitu." Sabar, Ochi tidak terpengaruh kekesalan Cae. Ochi makin menikmati proses pencarian barang yang ia maksud.
Cae hanya menggelengkan kepala mendengar jawaban Ochi, Zera malah tampak semakin antusias, dianggapnya solusi alternatif jika nanti ada gebetannya yang ulang tahun.
"Nemu ide di mana sih?" Zera penasaran.
"Yudhis yang ngoleksi."
"Kak Yudhistira?" Tanya Cae tiba-tiba, mukanya tercetak berbinar. Moodnya berubah mendengar nama itu di sebut.
"Kakaknya Ochi cuma dia doang Cae, Ochi tau Cae suka Kak Yudhis, giliran nama dia di sebut Cae ekspresinya gitu banget." Tembak Ochi tepat sasaran, kalimatnya menciptakan warna merah di wajah Cae. Bisa jadi ini bentuk balasan Ochi.
"Pantes ya nolak Dawa," sindir Ochi lagi, "Ochi mah ga restu Cae sama Kak Yudhis."
Dan saat itu juga wajah Cae kembali kusut, malas berdebat di toko mainan Cae diam saja tidak menanggapi. Biar saja, agar urusan Ochi segera selesai di toko itu.
"Ada ga sih barangnya?" Siapa lagi asal dari gerutuan itu, "tanya aja deh biar cepet." Usul Cae sedikit kesal. Masalahnya mereka sudah mengitari setengah dari ruangan toko.
"Sebenarnya Ochi lebih suka usaha sendiri sih, perjuangannya lebih berasa, lebih berkesan, bisa cerita sama Kak Geva, tapi demi Cae, ayo deh ke mbak penjaga di sana." Ochi memilih mengalah, ia tahu mood Cae sedang tidak bagus sekarang, entah karena apa.
Usul Cae ternyata luar biasa bermanfaat. Benda yang mereka cari tidak di pajang bersama mainan-mainan di atas rak. Gundam di tempatkan di etalase khusus dan di kunci. Penjaga toko itu harus mengambil kunci terlebih dahulu sebelum melayani Ochi.
Andai mereka tidak bertanya, banyak waktu akan terbuang hanya untuk mencari barang yang Ochi maksud. Ochi bahkan mengira Gundam akan terbungkus kotak transparan layaknya mainan pada umumnya, hingga dia dengan percaya diri mencari di tengah deretan mainan di rak. Nyatanya tidak demikian.
Dengan wajah serius Ochi mendengarkan penjelasan mbak-mbak penjaga tentang Gundam. Sebenarnya Ochi tidak terlalu paham, tapi demi norma kesopanan ia mendengarkan saja. Kali ini Ochi harus berhadapan dengan pilihan. Gundam versi apa yang cocok untuk di berikan kepada Geva.
"High Grade itu yang paling mudah, buat pemula, sama kayak Master Grade, sebelas dua belas lah, Kak Geva kan pinter, calon dokter pasti ngerakit HG atau MG gampang buat dia, ga menantang, nah, kalau Ochi ambil yang Real Grade bisa lah Kak Geva rakitnya, tingkat kesulitannya di tengah-tengah, tapi kata mbak tadi kalau belum lulus ngerakit yang High Grade atau Master Grade bakal susah ngerakit yang Real Grade, apalagi yang Perfect Grade sama Super Deformed. Jadi Ochi pilih yang mana nih?" Tanya Ochi pada dua sahabatnya yang di sambut wajah malas oleh Cae. Untungnya Zera lebih menunjukkan rasa peduli pada masalah Ochi.
Andai boleh jujur, sebenarnya kedua telinga mereka mendengar penjelasan Ochi seperti guru matematika yang sedang menjelaskan rumus aljabar. Tidak bisa mereka pahami.
"Ya udah ambil yang Real Grade aja Chi, juga ga butuh alat khusus kan buat ngerakitnya, bisa lah pacar lho jadiin tu robot," Zera memberi saran. Saran yang memotivasi, agar mereka segera keluar dari tempat itu.
"Gitu ya Ze?"
Ochi apa kabar sih kalau tidak di bantu saat ada pilihan seperti ini?
"He-eh," dalam hati Zera berdoa agar perkara mainan ini segera berakhir, karena ternyata di sana tidak ada pria tampan yang bisa ia incar.
Butuh lima belas menit kemudian barulah Ochi mengambil keputusan. Sesuai saran Zera, dia memilih versi Real Grade yang sebenarnya tidak cocok bagi pemula, tapi Ochi yakin dengan kepintarannya Geva bisa merakit benda itu.