Seharian berada di luar rumah ternyata membuat Tiara penasaran, apa saja yang dilakukan Ochi seharian ini? Saat makan malam tadi, Ochi memang bercerita bahwa dirinya pergi membeli hadiah untuk ulang tahun Geva minggu depan, tapi Mama Tiara cukup penasaran dengan hadiah apa yang disiapkan hingga menyita waktu Ochi seharian. Sebelum malam terlalu larut, Tiara memilih menyambangi Ochi di kamarnya.
Persis seperti pribahasa buah jatuh tak jauh dari pohonnya, Tiara melihat dirinya dalam diri sang anak. Ochi sedang membaca saat dia membuka pintu. Kegiatan yang sama yang dilakukannya sebelum tidur.
"Baca buku apa?"
"Eh, Mama, kapan masuk? Kok Ochi ga dengar?"
"Serius banget bacanya," Tiara mengambil tempat di sisi yang kosong, ia pun melakukan apa yang dilakukan Ochi, memasukkan kakinya ke dalam selimut. Bukannya terlihat seperti ibu dan anak, mereka lebih tampak seperti saudara. Di usianya yang telah melewati kepala empat, Tiara tergolong awet muda.
The Boss Next Door, Tiara membaca buku yang Ochi baca sebelum meletakkannya di atas nakas.
"Mama kok belum tidur?"
"Pengin nginep disini, boleh?"
"Boleh dong, kapan coba terakhir kali Ochi tidur bareng Mama, udah lama banget, sering-sering aja Ma, biar Papa tidur sendiri."
Tiara tersenyum geli mendengar usul anak gadisnya. Malam ini salah satu kesempatannya, quality time dengan Ochi.
"Aduh, kalau sering-sering Papamu bisa migrain, percaya deh kalau sudah pules nanti, Papa masuk ke sini nyari Mama, dia bakal gendong pindahin Mama ke kamar."
Giliran Ochi tertawa geli membayangkan wajah kesal Papanya jika dia mengambil alih Mama Tiara.
"Papa kamu mana bisa jauh-jauh dari Mama."
"Uwu banget sih, masa di pinjam semalam ga boleh, ck, Papa mah egois, sejak kapan sih Papa kayak gitu? Mama tahan lagi sama sifat Papa."
"Hush, ga boleh ngomong gitu dong tentang Papa, pengin dengar cerita tentang Papa Mama ga?"
"Pengin, ayo dong cerita, lebih seru mana cerita Mama atau Ochi."
"Mulai dari Papa aja ya!"
"Itu mah udah di tengah, awal ketemu dong, gimana Mama ketemu Papa?"
"Gitu ya, oke, awal ketemu itu ga sengaja. Mama ketemu Eyang Ranti duluan di mall, waktu itu Eyangmu di tinggal sama Papa, jadi Mama yang nganter pulang, sampai di rumah Opa Hans, baru deh ketemu Papamu, Eyang minta kita kenalan bahkan kalau bisa nyuruh Papamu lamar Mama hari itu juga, tapi Mama nolak, duh ribet waktu itu urusannya."
"Terus gimana, Mama beneran nolak Papa?"
"Iya lah, orang kita baru kenal, tapi Papamu janji ke Eyang Ranti buat pendekatan, biar beliau tenang, dan Papamu tepati janji, kita pendekatan, meski awalnya berantem juga. Awal hubungan Papa sama Mama ga akur."
"Terus, menurut Mama Papa orangnya gimana?"
"Mama orangnya santai, Papamu tipikal cowok posesif, nempelin Mama terus sih, ga di kabarin itu bisa panik, apalagi kalau cemburu, bikin Mama repot. Mama kaget juga ternyata Papa orangnya gitu setelah resmi jadian."
"Masa sih Ma?" Diam-diam, dalam benaknya Ochi membandingkan Papanya dan Geva. Ochi kagum pada Papa Yundhi. Bagaimana cara Papanya mengungkapkan rasa cinta pada Mamanya sangat indah, membuatnya ingin mendapat perlakuan yang sama. Sampai sekarang pun Ochi melihat mereka masih mesra.
"Hm, kamu ga tau aja Papamu tu nyeremin kalau cemburu, pernah berantem juga sama mantan pacar Mama dulu."
"Ih, segitunya Papa."
"Tapi mantan Mama tu emang ngeselin sih, dia yang pancing Papa duluan, tau ga siapa?" Ochi menggeleng cepat.
"Siapa?"
"Om Ivan."
"Hah? Om Ivan yang di bimbelnya Mama? Ga salah?" Tanya Ochi tak percaya. Ochi mengenal teman Mamanya itu sejak kecil dan percaya Om Ivan adalah orang yang baik, tidak mengesalkan seperti cerita Mamanya.
"Om Ivan dulu pacar pertama Mama pas awal kuliah, cuma sebentar sih, semingguan terus kita putus karena Om Ivan ada affair sama cewek lain. Meski cuma salah paham tetap aja Mama ga suka. Empat tahun setelah kejadian itu baru Mama ketemu Papa."
"Mama ga pernah pacaran lagi setelah putus sama Om Ivan?"
"Enggak. Bukan karena ga laku ya Chi, catet, yang ngantri mah banyak, Mama cuma mau fokus kuliah aja, biar cepat selesai, jadi ga pacaran dulu."
"Ih Mama blagu, ya, sombong, tapi Mama pernah putus ga sama Papa?"
Ochi dan Tiara tertawa berbarengan sebelum Tiara menjawab pertanyaan putrinya.
"Hm, pernah sih, tapi kita ga beneran putus, Mama nyebutnya jeda. Alasannya karena Papa belum memantapkan hati menurut Mama, tapi Papamu nyangkal dan bersikeras kalau Mama salah. Kayak Mama sama Om Ivan, Papa juga punya mantan, namanya Emmy, bedanya Papamu dulu pacarannya lama banget sama almarhumah Tante Emmy. Singkat cerita, Papa sama Mama jedanya enam bulan dan Mama sukses bikin Papa uring-uringan."
"Bisa Papa uring-uringan gara-gara di tinggal Mama? Kok ga nyari cewek lain sih?- Aduh-sakit Ma, ampun." Ochi mengusap pelipisnya yang mendapat jentikkan Tiara.